Romo Magnis Ajak Rakyat Jangan Pilih Pemimpin dengan Masa Lalu Gelap dan Tangan Berdarah
JAKARTA, iNews.id - Guru Besar Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyakara, Franz Magnis Suseno atau yang akrab disapa Romo Magnis Suseno, mengungkapkan kriteria calon pemimpin bangsa sebagai pedoman pemilih dalam Pilpres 2024. Dia menyebutkan, calon pemimpin harus bisa memberikan rasa aman, jujur, berintegritas, toleran, hingga tidak mempunyai masa lampau gelap dengan tangan yang berdarah.
Pernyataan itu disampaikan dalam diskusi diaspora Indonesia seputar calon pemimpin bangsa secara daring dan disiarkan melalui kanal YouToube @vmcnewyorkchannel732, Selasa (6/2/2024).
Romo Magnis menanggapi pertanyaan mengenai karakter Prabowo yang sekarang menjadi seseorang yang menarik dan kebapakan serta dijuluki gemoy. Dia tak yakin karakter Prabowo berubah secara mendadak dalam enam bulan terakhir.
“Granat tidak akan berhenti menjadi granat kalau ditempatkan dalam sebuah patung yang bagus, granatnya tetap ada. Saya tidak percaya sama sekali jika mendadak dalam setengah tahun terakhir terjadi perubahan karakter,” kata Romo Magnis.
Dia menyoroti sikap Presiden Jokowi (Jokowi). Menurutnya, akhir-akhir ini terjadi kemunduran demokrasi kendati banyak perubahan yang dilakukan selama hampir 10 tahun masa jabatan Jokowi.
Jokowi, kata dia, telah mengambil sikap yang mencemaskan. Salah satunya mendukung anaknya, Gibran Rakabuming Raka untuk maju menjadi cawapres nomor urut 2 yang disertai sejumlah pelanggaran etika dan memanipulasi Mahkamah Konstitusi (MK).
Romo Magnis berpendapat, Jokowi yang merupakan presiden sebaiknya bersikap netral dan tidak menunjukkan dukungan, apalagi menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan salah satu paslon. Dia khawatir masyarakat tidak akan percaya jika paslon nomor urut 2 menang dalam satu putaran pilpres karena berbagai pelanggaran etika dan dengan terbuka dibantu dan didorong secara sepihak oleh presiden.
“Netralitas (presiden) sudah dilanggar, jika paslon 02 menang lebih dari 50 persen, siapa yang akan percaya? Ini akhir dari demokrasi kita,” ujar Romo Magnis.
Dia mengkritik DPR selaku wakil rakyat yang hanya diam dan terkesan tidak berani melawan Jokowi. Dia menegaskan demokrasi mengalami kemerosotan karena dikuasai oleh oligarki.
Lebih lanjut, dia menyatakan paslon yang berbahaya harus dicegah untuk mencapai kekuasaan meski akhirnya yang terpilih tidak memuaskan. Yang terpenting, kata dia, paslon terpilih bukan yang terburuk karena akan berdampak besar terhadap masyarakat.
Dia pun mempertanyakan keputusan sejumlah jemaat mendukung Prabowo Subianto yang terlibat dalam Tragedi 98. Dia pun menceritakan ada salah satu mahasiswa dari STF Driyakara yang tidak kembali dan terbunuh dan kasusnya belum terbuka hingga sekarang.
Dia mengingatkan demokrasi dan reformasi dapat segera berakhir jika jatuh ke tangan orang yang berkuasa tanpa etika. Dirinya pun mengajak masyarakat untuk mengunakan hak pilih.
“Kalau orang abstain sama sekali tidak memperhatikan input, ya jangan heran jika dijadikan objek,” ujarnya.
Editor: Rizky Agustian