Sejarah Korps Hiu Kencana, Satuan Khusus Pengendali Kapal Selam TNI AL yang Punya Moto Tabah Sampai Akhir
Di awal terbentuknya, Korps Hiu Kencana total mendatangkan sebanyak 12 kapal selam sejak periode 1959 hingga 1962. Selain RI Tjakra dan RI Nanggala, 10 kapal selam lainnya diberi nama RI Nagabanda, RI Tjandrasa, RI Trisula, RI Nagarangsang, RI Wijayadanu, RI Hendrajala, RI Bramastra, RI Pasopati, RI Tjundamani, dan RI Alugoro.
Pemilihan nama 12 kapal selam itu punya makna filosofis yakni diambil dari nama tokoh dan senjata dalam kisah pewayangan. Selain memperkuat armadanya, TNI AL juga melatih para prajurit yang mengoperasikan kapal selam tersebut.
Para prajurit TNI AL yang disiapkan untuk mengoperasikan kapal selam lalu dikirim untuk menimba ilmu di Gdansk, Polandia dan Vladivostok, Uni Soviet yang menjadi pangkalan kapal selam terbesar tentara negara yang kini berganti nama menjadi Rusia tersebut.
Pada 14 September 1959, melalui surat keputusan Men/KASAL Nomor A.4/2/10 terbentuk lah Divisi Kapal Selam (Divkasel). Komandan Laksma TNI (Purn) RP Poernomo didaulat menjadi Komandan Divkasel pertama RI.
Lalu pada 1 November 1959, Sekolah Kapal Selam Angkatan Laut (SEKASAL) resmi dibangun dan berlokasi di Surabaya. Poernomo kembali dipercaya sebagai pucuk pimpinan.
Poernomo juga menjadi pencetus moto Korps Hiu Kencana yakni Wira Ananta Rudira yang memiliki makna Tabah Sampai Akhir. Poernomo menilai sifat yang diperlukan awak kapal selam untuk bisa mengemban tugas tak hanya berani, tapi juga ulet, sabar, tekun, dan tenang. Poernomo meyakini ada satu kata pemungkas yang mewakili sifat tersebut yakni tabah.