Sekjen PDIP Desak Prabowo Ralat Ucapannya Soal Alutsista Era Bung Karno Bekas
JAKARTA, iNews.id - Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mendesak Capres nomor urut 2, Prabowo Subianto meralat pernyataannya mengenai alat utama sistem senjata (alutsista) era Presiden Pertama Soekarno banyak yang bekas. Diketahui, pernyataan ini diucapkan Prabowo saat debat ketiga capres di Istora Senayan kemarin.
Menurut Hasto, alutsista era Bung Karno menggunakan yang baru dan penggunaannya banyak membantu negara lain merdeka atau melawan penjajahan.
"Jadi, tidak ada yang bekas sehingga kami harapkan Pak Prabowo melakukan koreksi atas pernyataannya tadi malam," tegas Hasto di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Senin (8/1/2024).
Hasto yang juga merupakan Dosen Universitas Pertahanan (Unhan) ini mengungkapkan masa Bung Karno, Indonesia memiliki alutsista yang luar biasa dan mampu menjalankan misi-misi pembangunan.
"Apa yang disampaikan Pak Prabowo bahwa peralatan-peralatan, alat-alat kita itu adalah bekas, itu tidak benar," ujarnya.
Indonesia, kata dia justru mengirimkan kapal selam kelas Whiskey yang membantu Pakistan berhadapan dengan kolonialisme Inggris.
"Kita kirim kapal selam kelas Whiskey mengapa? Karena Bapak Bangsa Pakistan Muhammad Ali Jinnah itu membantu Indonesia dengan resolusi jihad pada 10 November 1945, begitu banyak pasukan-pasukan dari Gurgha yang kemudian mendukung Indonesia lewat seruan Bapak Bangsa Pakistan tersebut sehingga kita memberikan sumbangsih, maka Bung Karno mendapat gelar pendekar dan pembebas bangsa Islam," tuturnya.
Hasto juga menjelaskan alutsista baru yang digunakan Bung Karno, misalnya seperti dari Yugoslavia. Alutsista tersebut dikirim Bung Karno untuk membantu Aljazair mendapatkan kemerdekaan.
"Karena itu, pernyataan Prabowo tentang sistem persenjataan Bung Karno tidak pas dan kami luruskan. Karena inilah termasuk kita mendapatkan pesawat C-130 Hercules karena kedekatan Bung Karno dengan (Presiden AS) John Kennedy dari AS. Maka kita mendapatkan reaktor nuklir itu juga didirikan kerja sama dengan pemerintahan AS pada masa Presiden Keneddy," pungkasnya.
Editor: Faieq Hidayat