Siapa Sangka, Jenderal Ini Lahir dari Keluarga Petani Miskin dan Yatim sejak Umur 5 Tahun
JAKARTA, iNews.id – Puluhan kilometer ditempuh. Jalan setapak hingga pematang sawah menjadi alas. Namun tak pernah ada kata menyerah. Bocah itu terus melangkah gagah demi bangku sekolah.
Lahir dari petani miskin menjadikan dia ditempa lahir dan batin. Terlebih kala sang ayah meninggal dunia. Di umur lima tahun, sang bocah asal Desa Lontar, Kecamatan Muara Jaya, Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan itu menjadi yatim.
Desa Lontar merupakan kawasan cukup terpelosok di OKU. Desa ini berjarak 5 jam 13 menit perjalanan dari Kota Palembang. Di desa inilah pada 8 November 1963 sang bocah lahir di rumah sederhana.
Jabang bayi tersebut diberi nama Firli Bahuri. Kehidupan Firli kecil tidak mudah. Untuk bersekolah, misalnya, dia harus menempuh perjalanan 16 kilometer pergi pulang setiap hari.
Menjadi yatim, Firli juga menjadi tulang punggung dengan membantu ibunya untuk mencari nafkah bagi keluarga. Berjualan kue hingga bekerja mencuci mobil pun dijalaninya demi membayar biaya sekolah.
Tapi tak pernah ada kata menyerah. Kehidupan sulit justru mengasahnya menjadi sosok ulet dan tegar. Beranjak remaja, Firli terus meniti kerasnya hidup untuk mewujudkan mimpi.
Pada 1982 dia lulus dengan baik dari SMAN 3 Palembang. Selepas dari bangku sekolah menengah, tujuannya satu: masuk Akabri.
Namun apa daya, dewi fortuna belum berpihak. Firli gagal masuk lembaga pendidikan militer yang menjadi idaman banyak anak bangsa itu.
Kendati demikian, kegagalan tersebut tak pernah membuatnya runtuh. Pada 1984 Firli mendaftar sebagai bintara polisi. Dia diterima dan resmi menjadi anggota Korps Bhayangkara dengan pangkat sersan dua.
Tapi mimpi masuk Akabri tak pernah padam. Saban tahun Firli selalu mencoba. Tekadnya membara. Gagal, berjuang. Gagal lagi, berjuang kembali. Begitu terus dilakukan tanpa putus dengan ikhtiar mendalam.
Penantian panjang itu akhirnya tiba. Pada 1987 Firli akhirnya diterima sebagai calon perwira taruna (capratar) Akabri Kepolisian di Magelang, Jawa Tengah.
Di sinilah awal pengabdiannya secara utuh sebagai alumni Akabri. Lulus dari Lembah Tidar (lokasi Akabri) pada 1990, berbagai penugasan sebagai perwira Polri pun dijalaninya. Diawali sebagai Komandan Peleton II Sabhara Polda Metro Jaya (28/8/1991), Kanit Serse Polsek Kramatjati, Kapolres Lampung Timur, Kapolres Kapolres Brebes, Wakapolrestro Jakarta Pusat hingga Direskrimsus Polda Jawa Tengah.
Karier “Sang Anak Lontar” itu kian cemerlang. Firli dipercaya menjadi ajudan Wakil Presiden Boediono pada 2012. Penugasan ini kelak membawanya makin bersinar.
Seusai bertugas di Medan Merdeka Selatan (kantor wapres), jabatannya makin mentereng. Firli dipromosikan sebagai Kapolda Nusa Tenggara Barat (NTB) .
Satu bintang emas pun bertengger di pundaknya. Firli resmi menyandang status jenderal bintang satu alias brigadir jenderal. Takzim kepada ulama mewarnai perjalanan kariernya di provinsi ini.
Jejak Sang Anak Lontar kian panjang. Prestasi dan dedikasi di NTB membawanya masuk ke lembaga antirasuah. Firli diberi amanat untuk menjabat Deputi Penindakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 2018.
Waktu terus bergulir. Bintang emas di pundak Firli kembali bertambah. Menyandang pangkat Irjen, dia memimpin Polda Sumsel. Penugasan ini pun seakan membawanya tapak tilas sejarah.
Di suatu waktu, dia menti kembali jalan-jalan yang pernah dilaluinya semasa kecil di kampung kelahirannya. Firli bersama keluarga berziarah ke makam orangtua. Yang menarik, jenderal dari Desa Lontar ini juga piawai memanggang kemplang, panganan khas Wong Kito.
Tak lama dia memegang tongkat komando Polda Sumsel. Firli dipercaya menjabat Kabaharkam pada 2019. Itu artinya bintang emas di pundak menjadi tiga.
Jabatan itu pun tak lama disandang. Firli Bahuri lolos tes capim KPK di DPR. Rapat paripurna parlemen juga mengesahkannya sebagai ketua KPK terpilih. Lembaran sejarah kembali tertulis ketika pada Jumat (20/12/2019) dia bersama empat wakil ketua KPK dilantik Presiden Joko Widodo di Istana Negara.
“Semua atas kuasa dan kehendak Allah SWT. Saya pun saat ini karena kuasa dan kehendak Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa Lagi Maha Berkehendak,” kata Firli, Senin (26/4/2021).
Dia tak akan pernah lupa perjalanannya menembus Akabri Kepolisian. Enam kali mendaftar sejak 1982, baru diterima pada 1987.
“Saya hanya lah Firli, anak bangsa yang lahir di Dusun Lontar, seberang Kecamatan Muara Jaya, Kabupaten OKU. Saya hanya memiliki semangat mendarmabaktikan tenaga pikiran untuk bangsa dan negara. Saya hanya menjalani hidup dan kehidupan dengan bersyukur, ikhlas dan sabar,” kata jenderal penyayang keluarga ini.
Editor: Zen Teguh