Sudirman: Walau Sering Diserang, Pendukung 02 Jangan Ikut Menyerang
BREBES, iNews.id – Meski menerima serangan bertubi-tubi, perusakan alat alat peraga kampanye (APK), dan tekanan dari aparat, pendukung dan relawan Prabowo–Sandi (Padi) diminta tidak ikut-ikutan menyerang. Direktur Materi dan Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo–Sandi, Sudirman Said menuturkan, para pendukung dan relawan 02 haru tetap menjaga kesantunan dan politik berakhlak.
“Jangan ikut menyerang, jangan merusak, jangan mengeluarkan kata-kata hujatan. Pak Prabowo dan Pak Sandi memberi pesan pada kita semua agar mengedepankan pikiran dan ide-ide. Kita tunjukkan perilaku politik berakhlak,” ujar Sudirman dalam acara Konsolidasi Pemenangan Prabowo–Sandi di Desa Blandongan, Brebes, Jawa Tengah, Minggu (3/2/2019) petang.
Mantan menteri ESDM itu mengatakan, politik adalah jalan untuk mengabdi, melayani, dan memberi. Bukan jalan untuk saling menjatuhkan, apalagi sekadar berebut jabatan. Politik yang baik menurutnya harus didasari idealisme. “Politik tanpa gagasan akan menyebabkan pelaku politik menjadi tong kosong. Dan politisi tong kosong akan mudah dikendalikan orang lain,” ucapnya.
Sudirman menyampaikan, baik calon presiden Prabowo Subianto maupun calon wakil presiden Sandiaga Uno adalah contoh figur yang mandiri, independen, dan tidak dikendalikan siapa pun. Orang yang mandiri, kata dia, akan punya konsistensi dalam berpikir, bertindak, dan mengambil keputusan. “Sebaliknya, orang yang dikendalikan pihak lain akan tampak galau, maju mundur, dan tidak konsisten,” tuturnya.
Dia berpendapat, idealisme Prabowo dan Sandi sejak awal jelas dan konsisten, yakni memenangkan Indonesia. Keduanya berkomitmen mewujudkan negara dan bangsa yang adil dan makmur, menjadikan bangsa yang religius, bermartabat, dan bersatu.
“Cara keduanya masuk ke dalam politik juga menjadi inspirasi bagi kita. Politik dijalankan sebagai jalan untuk memberi. Bukan untuk mengambil. Supaya dapat berpolitik dengan santun, dan rileks rahasianya satu: jangan tempatkan kekuasaan, pangkat, dan jabatan sebagai milik pribadi,” ungkap Sudirman.
Menurut dia, banyak politisi dan pemimpin politik mengalami kecelakaan karena menganggap jabatan dan kekuasaan milik pribadi. Akibatnya, mereka pun berusaha meraih kekuasaan dengan segala cara, atau; mempertahankan kekuasaan dengan menghalalkan tipu daya. Ketika ada ancaman kekuasaan mau hilang, atau ketika jabatannya hendak selesai, sang pejabat pun menjaidi panik seperti akan kehilangan milik pribadinya.
“Politik indonesia harus kembali pada politik berakhlak dan berilmu. Bukan sekedar memain-‘mainkan kekuasaan,” ujar Sudirman.
Editor: Ahmad Islamy Jamil