Teks Biografi: Pengertian, Ciri-Ciri, Struktur, Tujuan dan Contohnya
JAKARTA, iNews.id - Tahukah kamu teks biografi? Teks ini biasanya menuliskan atau menceritakan tentang kisah hidup seseorang atau tokoh penting, seperti RA Kartini, Ir Soekarno, BJ Habibie, dan tokoh lainnya.
Teks ini juga biasa dipelajari oleh siswa sejak duduk di bangku sekolah, khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia. Lalu, jelaskan apa yang dimaksud dengan teks biografi? Simak penjelasannya di bawah ini.
Dikutip dari buku "Bahasa Indonesia" untuk SMA Kelas X terbitan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud, teks biografi adalah riwayat hidup seseorang yang ditulis kembali oleh orang lain. Dalam teks biografi disajikan tulisan yang menceritakan tentang sejarah hidup, pengalaman-pengalaman, sampai kisah sukses yang sedang diulas.
Umumnya, biografi menampilkan tokoh-tokoh terkenal, orang sukses, atau orang yang telah berperan besar dalam suatu hal yang menyangkut kehidupan orang banyak.
Teks biografi sama dengan teks lainnya yang memiliki ciri-ciri tersendiri sekaligus menjadi pembeda dari teks lain. Dalam teks biografi, terdapat tujuh ciri-ciri yang perlu untuk diketahui seperti dikutip dari buku "Bahasa Indonesia" untuk SMA/MA tingkat dasar penerbit Pustaka Rumah Cinta:
1. Orientasi
Bagian orientasi berisikan informasi tentang latar belakang kisah atau peristiwa yang akan dituliskan dalam sebuah teks. Informasi yang terdapat pada orientasi umumnya berkenaan dengan siapa, kapan, di mana, dan mengapa.
2. Kajian atau Peristiwa Penting
Kajian berisikan rangkaian peristiwa yang dialami oleh tokoh dalam biografi dan disusun secara kronologis sesuai dengan urutan waktu. Peristiwa pada bagian ini meliputi kejadian-kejadian utama yang dialami oleh tokoh.
3. Reorientasi
Bagian reorientasi berisikan pernyataan atau simpulan mengenai rangkaian kejadian atau peristiwa yang telah diceritakan sebelumnya. Bagian ini bersifat opsional, bisa ada atau tidak dalam suatu cerita ulang.
R.A. Kartini
Raden Ajeng Kartini lahir pada tahun 1879 di kota Rembang. Ia adalah anak salah seorang bangsawan yang sangat taat pada adat istiadat. Setelah lulus dari sekolah dasar, ia tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orang tuanya. Ia dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan.
Kartini kecil sangat sedih dengan hal tersebut. Ia ingin menentang, tetapi tidak berani karena takut dianggap anak durhaka. Untuk menghilangkan kesedihannya, ia mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya yang kemudian dibacanya di taman rumah dengan ditemani Simbok (pembantunya).
Akhirnya, membaca menjadi kegemarannya. Tiada hari tanpa membaca. Semua buku, termasuk surat kabar dibacanya. Jika ada kesulitan dalam memahami buku-buku dan surat kabar yang dibacanya, ia selalu menanyakan kepada Bapaknya. Melalui buku inilah, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir wanita Eropa (Belanda, yang waktu itu masih menjajah Indonesia).
Timbul keinginannya untuk memajukan wanita Indonesia. Wanita tidak hanya di dapur, tetapi juga harus mempunyai ilmu. Ia memulai dengan mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajarkan tulis-menulis dan ilmu pengetahuan lainnya. Di tengah kesibukannya, ia tidak berhenti membaca dan menulis surat dengan teman-temannya yang berada di belanda. Tidak berapa lama, ia menulis surat pada Mr. J. H. Abendanon. Ia memohon diberikan beasiswa untuk belajar di Belanda.
Beasiswa yang didapatkannya tidak sempat dimanfaatkan oleh Kartini karena ia dinikahkan oleh orang tuanya dengan Raden Adipati Joyodiningrat. Setelah menikah, ia ikut suaminya ke Rembang.
Suaminya sangat memahami dan mendukung Kartini untuk mendirikan sekolah wanita. Berkat kegigihannya, Kartini berhasil mendirikan Sekolah Wanita di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, dan daerah lainnya. nama sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini”.
Ketenarannya tidak membuat Kartini menjadi sombong, ia tetap santun, menghormati keluarga dan siapa saja, ia juga tidak pernah membedakan antara kaya dengan miskin. Pada tanggal 17 September 1904, Kartini meninggal dunia di usianya yang ke 25 setelah melahirkan putra pertamanya.
Setelah Kartini wafat, Mr.J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan kartini kepada teman-temannya di Eropa. Buku itu diberi judul “Door Duisternis Tot Licht” yang artinya “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Mudah-mudahan, saat ini, masih banyak Kartini lain di Indonesia yang mau berjuang demi kepentingan orang banyak.
Nah itu tadi informasi seputar teks biografi lengkap dengan pengertian, ciri-ciri, struktur, hingga contohnya. Semoga informasi tadi membantu dan semangat belajar!
Editor: Puti Aini Yasmin