Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Catat! Dishub DKI Tambah 4 Kapal Wisata ke Kepulauan Seribu selama Nataru
Advertisement . Scroll to see content

Terungkap, Ini Penyebab Pesawat Sriwijaya Air SJ182 Jatuh di Kepulauan Seribu

Kamis, 10 November 2022 - 16:31:00 WIB
Terungkap, Ini Penyebab Pesawat Sriwijaya Air SJ182 Jatuh di Kepulauan Seribu
KNKT akhirnya membuka hasil investigasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 di Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021. (Foto: SINDOnews)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) membeberkan hasil investigasi kecelakaan pesawat Sriwijaya Air Boeing 737-500 dengan nomor penerbangan SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta pada 9 Januari 2021. Terungkap sistem kemudi otomatis yang tak berfungsi menjadi penyebab kecelakaan tersebut.

Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan, Kapten Nurcahyo Utomo mengatakan investigasi yang dilakukan menyimpulkan sistem autothrottle tidak dapat menggerakkan dorongan level kanan akibat adanya gaya gesek atau gangguan lain pada bagian mekanikal dorongan level kanan. 

"Menjelang ketinggian 11.000 kaki, permintaan tenaga mesin semakin berkurang, hal ini membuat thrust lever kiri semakin mundur," ujarnya dalam konferensi pers laporan hasil investigasi tersebut di kantor KNKT, Jakarta Pusat, Kamis (10/11/2022).

Diketahui, autothrottle merupakan sistem pengatur gas yang memungkinkan pilot menentukan kecepatan dan dorongan pesawat secara otomatis. Nurcahyo menuturkan, pesawat Boeing 737-500 itu telah dilengkapi dengan sistem Cruise Thrust Split Monitor (CTSM) yang berfungsi menonaktifkan autothrottle jika terjadi asymmetry untuk mencegah perbedaan tenaga mesin yang lebih besar. 

"Penonaktifan Autothrottle terjadi antara lain jika flight spoiler membuka lebih dari 2,5” selama minimum 1,5 detik. Kondisi ini tercapai pada pukul 14.39.40 WIB saat pesawat udara berbelok ke kanan dengan sudut 15”, tetapi autothrottle tetap aktif dan menjadi nonaktif pada pukul 14.40.10 WIB," ucapnya.

Keterlambatan ini kata Nurcahyo diyakini karena flight spoiler memberikan informasi dengan nilai yang lebih rendah disebabkan karena penyetelan (rigging) pada flight spoiler. Penyetelan pada flight spoiler ini belum pernah dilakukan di Indonesia. 

"Asymmetry menimbulkan perbedaan tenaga mesin yang menghasilkan gaya yang membuat pesawat udara pesawat bergeleng (yaw) ke kiri," ucapnya.

Secara aerodynamic, YAW akan membuat pesawat miring dan berbelok ke kiri. Gaya miring yang membelokkan pesawat udara ke kiri yang dihasilkan oleh perbedaan tenaga mesin menjadi lebih besar dari gaya yang membelokkan ke kanan yang dihasilkan oleh aileron dan flight spoiler. Akibatnya pesawat berbelok ke kiri. 

Keterlambatan CTSM untuk menonaktifkan autothroftte menyebabkan perbedaan tenaga mesin semakin besar, dan pesawat udara berbelok ke kiri yang seharusnya ke kanan. Deviasi berbeloknya pesawat udara tidak sesuai dengan yang diinginkan merupakan indikasi pesawat udara telah berada pada kondisi upset. 

"Perubahan yang terjadi di cockpit, antara lain perubahan posisi thrust level, penunjukan indikator mesin, dan perubahan sikap pesawat yang tergambar pada EADI (Electronic Attitude Direction Indicator) tidak disadari oleh pilot. Hal ini mungkin disebabkan karena kepercayaan (complacency) terhadap sistem otomatisasi," tuturnya.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut