Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Eks Wamenaker Noel Rayakan Natal di Rutan, Istri Datang Menjenguk
Advertisement . Scroll to see content

TII: Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Naik 1 Poin di 2018

Selasa, 29 Januari 2019 - 17:53:00 WIB
TII: Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Naik 1 Poin di 2018
Wakil Ketua KPK Laode M Syarif (tengah) bersama Sekjen Transparency International Indonesia (TII), Dadang Trisasongko (kanan), dan Aktivitis Antikorupsi Natalia Subagyo (kiri) hadir dalam diskusi bertajuk "Korupsi dan Krisis Demokrasi" di Gedung KPK,
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.idTransparency International Indonesia (TII) bersama Komisi Pemberantasam Korupsi (KPK) hari ini meluncurkan indeks persepsi korupsi (IPK) atau corruption perceptions index (CPI) Indonesia pada 2018. Berdasarkan hasil survei TII, IPK Indonesia mengalami peningkatan satu poin dari 37 pada 2017 menjadi 38 pada tahun lalu.

Peningkatan satu poin tersebut dihitung Transparency International dengan skala 0-100. Skala 0 artinya paling korupsi, sedangkan 100 berarti paling bersih dari korupsi. Total negara yang dihitung IPK-nya oleh Transparency International adalah 180 negara.

“Skor CPI Indonesia untuk Tahun 2018 adalah 38 dengan ranking 89. Skor ini naik satu poin dari CPI 2017 dan naik tujuh peringkat dibandingkan dengan tahun lalu,” ujar Manajer Departemen Riset TII, Wawan Suyatmiko, di Gedung KPK, Jakarta, Selasa (29/1/2019).

Dari 180 negara yang telah dirilis hasil IPK-nya oleh TII, tiga di antaranya punya skor dan ranking yang sama dengan Indonesia. Ketiga negara tersebut adalah Bosnia Herzegovina (Eropa), Sri Lanka (Asia), dan Swaziland (Afrika).

Walaupun IPK meningkat satu poin, Indonesia masih berada di bawah negara-negara ASEAN lain. Indonesia hanya menempati peringkat keempat.


Peringkat pertama dipegang Singapura dengan skor IPK sebesar 85 (naik satu poin), lalu disusul Brunei Darussalam 63 (naik satu poin), Malaysia sebesar 47 (stagnan), dan Indonesia 38 (naik satu poin). Peringkat selanjutnya diisi Filipina sebesar 36 (naik dua poin), Thailand 36 (turun satu poin), dan Timor Leste 35 (turun tiga poin).

“Vietnam turun dua poin, Laos stagnan, Myanmar naik satu poin, dan negara ASEAN paling buncit adalah Kamboja dari tahun 2017 skornya 21 sekarang menjadi 20,” ucap Wawan.

Dia menjelaskan, penilaian IPK atau CPI Indonesia berdasarkan sembilan sumber data yaitu World Economic Forum, International Country Risk Guide, Global Insight Country Risks Ratings, IMD World Competitiveness Yearbook, Bertelsmann Foundation Transform Index, Economist Intelligence Unit Country Ratings, PERC Asia Risk Guide, Varieties of Democracy Project, dan World Justice Project.

“Ada Global Insight dan PERC yang mengalami kenaikan, terutama Global Insight mengalami kenaikan sebanyak 12 poin. Global Insight salah satu survei yang banyak membahas bagaimana perilaku pelaku usaha terutama dalam perbaikan iklim investasi dan antikorupsi,” ujarnya.

Sementara, penilaian yang stagnan untuk Indonesia diperoleh dari World Economic Forum, International Country Risk Guide, Bertelsmann Foundation Transform Index, Economist Intelligence Unit Country Ratings, dan World Justice Project. “Ada dua indeks yang turun untuk Indonesia yakni indeks dari IMD World Competitiveness Yearbook turun tiga poin dan Varieties of Democracy Project turun dua poin,” kata dia.

Wawan menyoroti beberapa hal penting dari skor CPI Indonesia tahun ini. Pertama, kenaikan terbesar skor CPI Indonesia disumbang dari kenaikan skor indeks di Global Insight Country Risks Ratings dan PERC Asia Risk Guide. “Ini menjadi salah satu best performance yang penting untuk diperhatikan bersama bahwa proses kemudahan berusaha, perizinan investasi ini menjadi satu daya ungkit yang besar dalam kontribusinya menaikan CPI kita,” ucapnya.

Adapun persoalan relasi pebisnis dan politisi serta korupsi politik masih menjadi salah satu penghambat dalam peningkatan skor CPI Indonesia. Karenanya, kedua hal ini masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diperbaiki di Indonesia saat ini.

“Namun, jika merekam 10 tahun terakhir perjalanan CPI kita, pada 2009 Indonesia hanya mendapat skor 28 di ranking 111. Di 2018 skor kita 38 di ranking 89. Secara grafik linear meningkat,” tuturnya.

Dalam peluncuran CPI 2018, negara yang tertinggi IPK-nya di dunia adalah Denmark di posisi pertama dengan skor 88, disusul Selandia Baru di peringkat kedua dengan skor 87, lalu Finlandia bersama-sama dengan Singapura, Swedia, dan Swis di peringkat ketiga dengan skor 85.

Negara dengan IPK terendah secara global pada tahun lalu adalah Somalia di peringkat 180 dengan 10 poin, disusul oleh Suriah dan Sudan Selatan diperingkat 178 dengan skor 13 poin, lalu Yaman dan Korea Utara di peringkat 176 dengan skor 14.

Editor: Ahmad Islamy Jamil

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut