Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Udara Jabodetabek di Level Beracun, Waspada ISPA hingga Penyakit Jantung!
Advertisement . Scroll to see content

Udara Jabodetabek Masuk Level Beracun, Ahli Peringatkan Situasi Darurat Kesehatan Publik!

Senin, 26 Mei 2025 - 20:42:00 WIB
Udara Jabodetabek Masuk Level Beracun, Ahli Peringatkan Situasi Darurat Kesehatan Publik!
Ilustrasi polusi udara di Jabodetabek. (Foto: iNews)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Ahli Kesehatan Lingkungan Griffith University Australia dr Dicky Budiman memperingatkan masyarakat, khususnya yang tinggal di Jabodetabek untuk lebih waspada terhadap kondisi udara saat ini. 

Menurut dr Dicky, dengan level udara di Jabodetabek yang masuk dalam level sangat buruk bahkan beracun, banyak masalah kesehatan yang dapat terjadi jika kondisi bahaya itu tidak ditindak serius. 

Bahkan, untuk meningkatkan kewaspadaan, dr Dicky menilai udara Jabodetabek sudah masuk dalam situasi darurat kesehatan publik. 

"Jika indikator udara di suatu wilayah menunjukkan angka PM2.5 >250 µg/m³ yang mengacu pada data Nafas Indonesia, itu sudah masuk dalam kategori situasi darurat kesehatan publik," papar dr Dicky saat dihubungi iNews.id, Senin (26/5/2025). 

Kualitas udara Jabodetabek per 25 Mei 2025 mengacu aplikasi Nafas Indonesia. (Foto: X)
Kualitas udara Jabodetabek per 25 Mei 2025 mengacu aplikasi Nafas Indonesia. (Foto: X)

"Jika sudah masuk dalam situasi darurat kesehatan publik, perlu respons cepat dari pemerintah dan masyarakat," tambahnya.

Dokter Dicky menegaskan, pemerintah Jabodetabek harus melakukan reaksi cepat untuk mengatasi kondisi ini. Bukan hanya memberi imbauan ke masyarakat agar kembali menggunakan masker yang berkualitas, tapi juga melakukan intervensi lebih jauh.

Upaya yang bisa dilakukan pemerintah mulai dari memberikan layanan pemeriksaan kesehatan ke masyarakat, mencari tahu sumber polusi dan menangani masalahnya, maupun penanaman pohon yang masif. 

Jika kondisi ini dianggap angin lalu, sambung dr Dicky, beban BPJS akan semakin berat. Selain itu, dampak lainnya adalah produktivitas menjadi menurun karena banyak orang yang sakit. 

Polusi Udara Adalah Silent Endemic

Lebih lanjut, dr Dicky menjelaskan bahwa polusi udara merupakan 'silent endemic'. Artinya, masalah ini secara tidak langsung dapat mematikan dengan memicu banyak penyakit. 

"Tidak terlihat seperti virus, tapi infeksi karena rusaknya saluran pernapasan atas akibat menghirup polusi setiap hari sering kali gak disadari oleh publik hingga akhirnya kritis," ungkap dr Dicky. 

Dia menambahkan, "Udara beracun ini bisa menyebabkan vatalitas, terutama bagi anak-anak, lansia, orang dengan asma maupun penderita penyakit jantung." 

Menjadi catatan bersama, kata dr Dicky, menghirup udara yang tidak sehat atau bahkan beracun dapat menyebabkan kematian dini akibat stroke dan kanker paru-paru.

Editor: Muhammad Sukardi

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut