Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Viral Karyawan Bawa Duit Rp450 Juta Pakai Motor Dicegat Rampok di Bekasi, Ini Kronologinya
Advertisement . Scroll to see content

Viral Anak Main Roleplay di Sosial Media, Ternyata Ini Dampaknya Kata Dosen PGSD

Sabtu, 24 Juni 2023 - 17:36:00 WIB
Viral Anak Main Roleplay di Sosial Media, Ternyata Ini Dampaknya Kata Dosen PGSD
Ilustrasi anak bermain gadget untuk roleplay. (Foto: istw)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Baru-baru ini viral di sosial media sebuah video memperlihatkan anak bermain roleplay. Hal itu pun memicu perdebatan banyak orang, khususnya orang tua. Dosen PGSD pun angkat bicara terkait hal ini. Apa katanya?

Dalam video tersebut terlihat seorang anak yang dimarahi sang ayah lantaran bermain roleplay. Setelah ditelusuri lebih jauh, si anak ternyata melakukan roleplay yang tak pantas untuk anak seusianya bersama orang-orang yang tidak dikenalnya.

Menurut Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) UM Surabaya Holy Ichda Wahyuni permainan roleplay dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai bermain peran yang saat ini cukup digemari. Mirisnya sebagian besar anak-anak di bawah umur turut memainkannya.

“Ketika bermain roleplay, kita bisa menjadi peran apa pun yang kita mau. Memerankan karakter idola, memainkan karakter yang diinginkan, kemudian bergabung dengan circle pengguna lain yang memiliki kecenderungan karakter yang sama. Mereka dapat berinteraksi dengan membawakan permainan karakternya melalui chat, sampai pada kolaborasi video,”ucap Holy dikutip Sabtu (24/6/23)

Holy menegaskan, ternyata di balik permainan roleplay ada banyak dampak negatif terutama pada anak-anak di bawah umur.

Dampak Bermain Role Play

Pertama, anak-anak akan kehilangan jati diri dan karakter (terdistraksi dengan dirinya sendiri). Sebab bisa jadi mereka lebih nyaman memainkan peran menjadi tokoh/ karakter idolanya.

Kedua, anak-anak bisa berpotensi sukar dalam membedakan dunia nyata dengan dunia virtual yang diciptakan oleh permainan roleplay. Apalagi ketika mereka telah hanyut dalam imajinasi.

Ketiga bisa memicu terjadinya tindakan asusila di ruang cyber. Anak-anak yang telah nyaman dengan circle role playnya bisa menjadi korban tindakan manipulatif pelaku untuk menggiring terjadinya pelecehan seksual dengan dalih memainkan peran dalam roleplay.

Lantas Apa yang Harus Orang Tua Lakukan?

Pertama, tetap memberikan pengawasan terhadap interaksi anak dengan gadgetnya. Kedua, peka terhadap perubahan perilaku anak di tengah arus media sosial yang semakin canggih, orang tua harus bisa menjadi teman yang baik untuk anak.

Ketiga, orang tua harus lebih aware dengan aktivitas dan kegemaran anak. Terakhir dan tak kalah penting adalah penanaman ‘konsep diri’ sejak dini, yakni mengenalkan pada anak, siapa dia, apa kesukaannya, bagaimana karakternya secara ciri fisik, psikologis, dan perasaannya terhadap dirinya.

“Memberikan apresiasi dan kebermaknaan terhadap diri pribadi anak pada pengenalan konsep diri akan membuat anak bangga dengan dirinya. Tidak mencoba untuk menjadi orang lain,” kata Holy.

Editor: Puti Aini Yasmin

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut