Virus Flu Babi Baru Belum Ditemukan di Indonesia
JAKARTA, iNews.id - Virus flu babi baru (G4 EA H1N1) sejauh ini tidak ditemukan di Indonesia. Informasi ini didasarkan pada hasil surveilans dan analisis genetik yang dilakukan oleh Balai Veteriner Medan dan Balai Besar Veteriner Wates.
Dari beberapa sampel virus flu babi yang pernah ditemukan di Indonesia, terbukti berbeda dengan virus flu babi baru (G4 EA H1N1). Kendati demikian, kewaspadaan terhadap virus ini telah ditingkatkan.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita mengatakan, berdasarkan data dan informasi di Kementan, virus flu babi baru G4 EA H1N1 ini belum pernah ditemukan di Indonesia. Kendati demikian, seluruh pihak diminta meningkatkan kewaspadaan.
“Kami telah membuat Surat Edaran tentang Peningkatan Kewaspadaan Terhadap Galur Baru Virus Flu Babi H1N1 (G4 EA H1N1). Surat edaran ini mengajak semua pihak terkait untuk meningkatkan kerjasama, mewaspadai, dan menyiapkan rencana kontingensi kemungkinan masuk dan munculnya G4 EA H1N1 di Indonesia,” kata Ketut, dalam siaran pers Kemenkes, Senin (13/7/2020).
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto mengatakan, pemerintah berkewajiban memberikan informasi tepat tentang virus flu babi baru ini. Informasi utuh akan meningkatkan pemahaman dan kewaspadaan, baik bagi para petugas kesehatan dan kesehatan hewan, juga untuk masyarakat umum.
Dia juga menyambut baik kegiatan kolaborasi antara Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pertanian melalui pendekatan “One Health” dalam upaya mencegah penyakit zoonosis.
“Kita terus lanjutkan dan perkuat kerjasama One Health yang sudah berjalan baik dengan Kementerian Kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan koordinasi dari Kemenko PMK,” kata Yuri.
Kemenkes juga telah menerbitkan Surat Edaran tentang Kewaspadaan Terhadap Galur Baru Virus Flu Babi H1N1 (G4 EA H1N1) yang disampaikan kepada seluruh dinas kesehatan provinsi dan satuan kerja kesehatan terkait lainnya di seluruh Indonesia.
Direktur CDC WHO SEARO sekaligus Kepala Pusat BDTK Litbangkes Tjandra Yoga Adhitama menuturkan, Indonesia sudah memiliki modal melalui pembelajaran pandemi flu babi dan flu burung sebelumnya. Dengan demikian, surveilens dan jejaring laboratorium yang sudah ada menjadi modal untuk antisipasi adanya ancaman pandemi baru.
“WHO terus melakukan monitoring terhadap perkembangan G4 ini karena sebenarnya virus H1N1 G4 telah dilaporkan sejak 2016. Yang penting kita tetap melakukan kewaspadaan dan tindakan pencegahan mulai dari hulu, yaitu pencegahan pada hewan khususnya babi,” ucap Tjandra.
Editor: Zen Teguh