Waka BPIP Harap Semar Bangun Kahyangan Jadi Cerminan Pemimpin Berjiwa Rakyat
Wakil Kepala BPIP memberikan tanggapan yang positif terhadap pagelaran wayang kulit yang melestarikan budaya bangsa dan diselenggarakan oleh Mahkamah Agung.
“Pagelaran wayang yang kami saksikan malam ini adalah suatu pengalaman yang luar biasa. Ini adalah contoh nyata bagaimana seni dan budaya dapat menjadi cermin yang mencerahkan bagi kepemimpinan yang berlandaskan pada kepentingan rakyat. Kita telah disuguhkan dengan cerita yang begitu mendalam dan penuh makna, mengajak kita untuk merenungkan kembali esensi kepemimpinan yang adil dan bijaksana,” katanya.

Menurutnya, lakon tentang membangun atau mengembalikan sikap pemimpin yang berfokus pada rakyatnya, sejalan dengan semangat kebijakan BPIP dalam memelihara nilai-nilai Pancasila dan warisan budaya leluhur.
"Melalui pementasan ini, kita diingatkan kembali akan pentingnya memahami nilai-nilai luhur yang telah menjadi landasan sejarah dan identitas kita sebagai bangsa," tuturnya.
Dia juga mengatakan, jika diingatkan kembali bahwa seorang pemimpin sejati adalah mereka yang merangkul tanggung jawab untuk mendengarkan dan mengayomi rakyatnya.
"Melalui aspek-aspek asah, asih, asuh, dan pengayoman yang ditampilkan, kita diberi gambaran tentang bagaimana kepemimpinan yang memiliki integritas dapat membentuk masyarakat yang sejahtera dan harmonis,” ujarnya.
Dengan harmoni yang tercipta di atas panggung, pertunjukan ini tak hanya sekadar menghibur, tetapi juga menjadi pembelajaran bagi kita semua. Sebuah pengalaman yang menggetarkan jiwa dan mencerahkan pikiran, serta mengingatkan bahwa kearifan lokal kita memiliki tempat yang istimewa dalam pembangunan bangsa.
Pagelaran wayang kulit oleh MA digelar melalui luring dan daring juga secara live di media elektronik. BPIP yang ikut serta dalam melestarikan budaya, kearifan lokal, dan warisan leluhur turut merayakan HUT MA yang ke-78.
Pagelaran Wayang Kulit tersebut turut dihadiri Deputi Bidang Pengkajian dan Materi Surahno, para Direktur Edi Subowo, Toto Purbiyanto, Aris Heru Utomo, dan beberapa pegawai BPIP yang antusias menjaga warisan budaya leluhur bangsa.
Editor: Anindita Trinoviana