Kisah Hardy dari Pemulung Jadi Miliarder, Bos Modifikasi Jok Mobil Mewah Langganan Artis
JAKARTA, iNews.id - Bagi Anda yang suka dunia otomotif atau modifikasi mungkin akan mengenal sosok Hardy. Perjalanan hidupnya penuh inspiratif.
Pemilik nama asli Hardianto tersebut kini menjadi seorang miliarder setelah sukses membangun perusahaan modifikasi interior mobil mewah, Hardy Classic Interior.
Melihat penampilannya sekarang, banyak yang menduga Hardy terlahir dari keluarga kaya. Semua usahanya dibangun karena dukungan dan modal orang tua.
Namun keliru. Hardy mengaku dirinya berasal dari keluarga miskin yang hidup di dusun terpencil wilayah Blora, Jawa Tengah.
Ini diungkapkannya di channel YouTube Coach Yudi Candra. Hardy mengungkapkan, kisah hidupnya penuh dengan perjuangan, membangun usaha dari nol hingga sukses seperti sekarang.
Dia bercerita usahanya berawal dari modal nekat, Hardy yang masih remaja berusia 16 tahun kala itu mencoba peruntungan hijrah ke Jakarta pada 2005. Padahal, saat itu tidak ada ijazah yang bisa diandalkan untuk modal menjadi orang sukses.
"Kita dasarnya dari nol. Bila mempelajari kisah hidup saya sangat luar biasa. Pastinya mungkin orang tidak percaya seperti film," ujar Hardy.
"Saya sekolah SMP itupun tidak lulus. SMP saja dikeluarin lima kali, mulai di sekolah negeri, swasta, sekolah kristen, Islam, saya tidak lulus. Saya nakal. Saya dapat ijazah di MTS setelah ikut paket C," katanya.
Saat merantau, dia berangkat ke Jakarta bersama tiga temannya naik truk sampah. Sebagai bekal, dia dikasih orangtua uang Rp60.000.
"Saya hanya bawa celana satu, baju satu, tas satu. Itu naik truk sampah ramai-ramai. Saya ngintip dari truk baru pertama kali lihat Mal Taman Anggrek , Jakarta wow bagus banget. Kita mimpi lihat mobil, bagaimana caranya bisa sukses," ujarnya.
Tiba di Jakarta berada di tempat pembuangan sampah umum kawasan Menceng, Cengkareng. Seminggu tinggal di sana bingung. Temen satunya pergi, sehingga tinggal berdua.
"Duit Rp60 masih bisa buat makan. ternyata habis, mau ke mana. Sempat menjadi geladangan seminggu. Akhirnya menjadi pemulung pakai gerobak cari barang rongsokan," kata Hardy.
"Gerobak kita sewa dari bos rongsokan Rp5.000 per hari. Dapetnya paling cuma Rp6.000 sampai Rp15.000. Yang penting bisa buat makan," ujar Hardy mengenang perjuangannya.
Dia mengatakan saat itu dirinya berputar-putar mencari makanan, bingung apa yang harus dikerjakan. Di situlah Hardy belajar tentang kehidupan. "Sepeser dua peser susah sekali. Hampir dua mingguan,"katanya.
Selanjutnya, Hardy ikut orang bekerja di proyek bangunan rumah selama hampir setahun. Dia jadi kenek tukang, ngaduk semen dengan bayaran Rp15.000 sampai Rp20.000 per hari. "Kelasnya sudah beda, saat itu sudah bisa beli rokok dan makan," katanya.
Suatu hari, dia diajak kenalannya bekerja di tempat pemasangan jok mobil pada 2007. Hardy mendapat gaji Rp300 ribu per bulan tanpa uang makan dan lembur.
"Tapi, saya berpikir ini masa depan cerah. Walau bos saya bawel galak, disiplin dan pelit, saya belajar di situ. Saya enggak hitung-hitungan waktu. Disuruh ngapain saya mau. Bos pulang saya kerja lagi karena ingin bisa. Di situ saya belajar jahit," katanya.
Dia mengungkapkan, selain pasang jok dirinya merangkap OB (office boy) bersih-bersih tempat kerja karena tinggal di sana. Akhirnya, selama 2 tahun gajinya bertahap naik hingga Rp1,6 juta.
"Kita buktikan dari skill, bos seneng punya telenta. Di situ terus ditekuni. Akhirnya saya mengerti semua, cara mencari bahan, mengerjakan hingga pemasaran. Ini karena setiap hari saya belajar dan tidak pernah males dari jam 9 pagi sampai jam 10 malam. Bahkan sampai jam 12 malem," ujar Hardy.
Akhirnya, Hardy memutuskan keluar dan membuka usaha sendiri besama temannya. Sang bos sempat berusaha mempertahankan dengan menawarkan gaji lebih tinggi Rp1,8 juta, namun Hardy sudah bulat membuka usaha sendiri.
"Saya punya partner empat orang. Kita ngobrol, kita buka satu toko kios kecil di Mal MGK masih gratis. Di kios 3x4 kita hanya bayar listrik tidak sewa gedung," katanya.
Namun, setelah sekian lama usaha bersama akhirnya pecah. Dari empat orang tinggal satu orang. Setelah itu buka kembali pada 2012. di lantai 6 Gedung Mal MGK.
Partnernya kali ini kompak. Mencari order dari pakai motor selama dua tahun hingga bisa kredit mobil Xenia warna hitam pada 2013.
Penghasilannya per bulan Rp5 juta. Dari situ Hardy sering ke mal, dan coba ikut tawaran casting sinetron akhirnya menjadi artis.
"Sempat ikut terakhir main di Sinetron Ganteng-Ganteng Srigala pada 2015, dapat peran dalam beberapa episode," katanya.
Namun, setelah mempertimbangkan beberapa hal. Dia akhirnya memilih fokus berbisnis menekuni usaha interior mobil
"Di dunia hiburan kita bisa tenggelam kapan saja. Calling 2-3 hari, tapi tidak selalu ada. Entertainment saya stop. Dengan menekuni usaha kita bisa tumbuh terus," ujar Hardy.
Berkat kerja kerasnya, Hardy berhasil membesarkan usaha. Workshopnya kini berada di kawasan Bekasi. Orderan setiap hari terus ada. Bahkan bisa setiap jam dapat orderan
"Hardy Classic bergerak di bidang jasa interior mobil dari great A sampai great C. Pesawat terbang, helikopter hingga kapal pesiar pernah kita kerjakan. Kita jaga bagaimana kepercayaan konsumen," kata Hardy.
Jaringan dan pergaulannya yang luas membuat sejumlah artis papan atas Indonesia menjadi langgannnya. Mereka antara lain Raffi Ahmad, Atta halilintar, Amar Jhony, Irish Bela, Sule, Ria Ricis dan masih banyak lainnya.
Editor: Dani M Dahwilani