Alasan PO Bus di Sumatera Pakai Tameng Besi di Kaca Depan, Ngeri Banyak Orang Mabuk Lempar Batu
JAKARTA, iNews.id – Perusahaan Otobus (PO) yang memiliki trayek Sumatera sebagian besar menggunakan pelindung kaca depan berupa teralis besi pada kaca depan. Kenapa?
Ini dilakukan untuk mencegah kaca depan pecah akibat lemparan batu. Apalagi harga kaca depan bus cukup mahal di kisaran Rp6-7 jutaan.
Kondisi tersebut dilakukan karena pelaku pelemparan batu terhadap bus di Sumatera sering terjadi. Pelakunya adalah kelompok remaja iseng dan orang-orang mabuk.
Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan mengatakan pelindung teralis besi di kaca depan dipasang sebagai perisai. Namun, ini membuat pandangan penumpang tidak nyaman.
Ini dibuktikan langsung pria yang akrab disapa Sani itu saat mengendarai bus yang menggunakan pelindung kaca depan dari jaring teralis besi. Padahal hanya dalam waktu singkat.
“Saya pernah mencoba di acara Jamnas Jepara tahun 2015 kalau tidak salah, itu kan ada PO NPM. Saya coba bawa bus dari alun-alun menuju pantai, jaraknya sekitar 20 menitan perjalanan,” kata Sani saat ditemui di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (6/10/2022).
“Selesai bawa bus, saya merem, terus kayak ada jaring-jaring di mata. Kurang lebih apa yang saya rasakan sama seperti penumpang. Itu kan menghalangi pandangan, apalagi trayek Sumatera itu kan bisa sampai 30 sampai 40 jam,” ujar Direktur Utama PO SAN tersebut.
Sani menjelaskan penggunaan teralis besi tak menjamin kaca bebas dari retakan akibat lemparan batu. Sebab, masih ada lubang cukup besar untuk batu-batu berukuran kecil masuk mengenai kaca.
“Kata siapa pakai terali besi kaca depan ga bisa pecah? Batu bisa masuk juga dari bagian bawah atau lubang-lubang kecil teralis. Koin juga masih bisa masuk. Kalau sudah seperti itu kaca depan bisa pecah,” ujarnya.
Pelaku pelemparan batu terhadap bus memang masih sering terjadi di Sumatera yang dilakukan sekelompok remaja iseng dan orang-orang mabuk. Ini untuk menguji adrenalin mereka setelah menenggak minuman keras.
Sani menyebut para pelempar batu itu sebagai “atlet frustrasi” yang juga pernah menimpa armada busnya. Tak jarang kaca depan mengalami retak. Masih selamat karena batu mengenai bagian terkuat kaca depan bus.
“Sebenarnya ini tergantung momen dan sudut lemparan. Jadi ini kita serangkan kepada Sang Maha Kuasa saja. Bukan hanya di Sumatera, di Jawa “atlet frustrasi” juga banyak,” katanya.
Editor: Dani M Dahwilani