Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Gaikindo Koreksi Target Penjualan Mobil 2025 Jadi Hanya 780.000 Unit, Ini Faktornya
Advertisement . Scroll to see content

Harga Mobil Listrik Masih Mahal, Gaikindo: Butuh Transisi Menuju BEV  

Jumat, 15 Oktober 2021 - 19:49:00 WIB
Harga Mobil Listrik Masih Mahal, Gaikindo: Butuh Transisi Menuju BEV  
Harga mobil listrik masih mahal, Gaikindo menilai industri otomotif nasional membutuhkan masa transisi sebelum menuju battery electric vehicle (BEV). (Foto: Istimewa)
Advertisement . Scroll to see content

Shodiq menyebutkan, infrastruktur pengecasan baterai EV masih terbatas. Adapun dari sisi industri, mobil listrik yang dipasarkan saat ini masih diimpor dalam keadaan utuh, belum dirakit atau dibuat di Indonesia. 

Dia menerangkan industri komponen utama baterai masih dalam proses pembangunan diperkirakan baru mulai berproduksi pada 2024.  “Nilai jual kembali BEV juga menjadi tantangan, selain harga baterai masih mahal, yakni 40-60 persen dari harga kendaraan listrik. Terwujudnya BEV perlu terintegrasi dengan eco industry, penelitian dan pengembangan, serta industri komponen pendukung,” ujarnya. 

Dia menegaskan, perlu adanya transisi teknologi untuk mengurangi dampak perubahan struktur industri sebelum terjadi industrialisasi komponen BEV, seperti baterai, PCU/inverter, dan lain-lain. Tujuannya agar BEV dapat berkontribusi terhadap perekonomian nasional dan menyerap tenaga kerja baru. 

“Saya kita pengalihan teknologi kendaraan berbasis motor ke kendaraan listrik sebaiknya berjalan secara alami. Hal penting adalah tingkat permintaan pasar yang tepat sangat penting untuk mencapai skala ekonomi,” tuturnya.  

Pada prinsipnya, dia menyatakan, industri otomotif mendukung penuh BEV. Namun, ini membutuhkan transisi teknologi. Sebab, ketika teknologi berubah dari mesin ICE ke motor listrik, komponen berubah. Itu sebabnya, semua pihak harus mengurangi dampak negatif ini ke industri, terutama pemasok komponen.  

Pada titik ini, dia menyatakan, transisi alami perlu berjalan mulus, sehingga tidak ada yang dirugikan. Hal ini terjadi saat pergeseran transmisi manual ke otomotif. “Yang penting, semua bisa terakomodasi dengan baik,” kata Shodiq.  

Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM) Hamdhani Dzulkarnaen Salim menyatakan, sebanyak 47 persen anggota GIAMM akan terdisrups dari transisi ICE ke BEV. Komponen yang hilang di BEV adalah mesin, pelumas, termasuk tangki bensin, dan knalpor, sedangkan komponen perlu penyesuaian di BEV adalah rem, elektronik, drivetrain, AC dan kompresor.  

Adapun komponen baru di BEV, yakni battery pack, inverter, motor, DC converter dan charger. Sementara itu, komponen ICE yang masih digunakan di BEV adalah roda dan ban, setir, suspensi, aki, sasis dan bodi, interior dan eksterior, serta lampu. Saat ini, total anggota GIAMM mencapai 240 perusahaan, baik pemasok mobil dan motor.  

“Ini bukan berarti kami pro ke merek-merek tertentu. Sebab, masa transisi ini dibutuhkan agar kami punya waktu untuk membangun kompetensi. Kalau langsung ke BEC, waktunya sangat terbatas,” ujar Hamdhani.  

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut