Menjajal Mobil Listrik Hyundai Ioniq 5 Jakarta-Solo PP, Habis Berapa Biaya Ngecas?
JAKARTA, iNews.id - Pemerintah terus mendorong percepatan penggunaan kendaraan listrik dengan mengeluarkan sejumlah kebijakan. Tapi, masih banyak yang ragu terutama saat dibawa perjalanan jarak jauh.
Jurnalis iNews berkesempatan menjajal dengan melakukan perjalanan Jakarta-Solo menggunakan mobil listrik Hyundai Ioniq 5. Ini dilakukan untuk membuktikan, apakah kendaraan yang ditenagai baterai sudah cocok digunakan untuk jarak jauh.
Jurnalis berkesempatan mengendarai Hyundai Ioniq 5 Signature Long Range BlueLink. Model ini dibekali baterai berkapasitas 72,6 kWh yang dapat menempuh jarak 481 kilometer (km) sekali pengisian berdasarkan pengujian WLTP.
Saat memulai perjalanan, indikator baterai menunjukkan angka 91 persen dengan perkiraan jarak tempuh 433 km. Awal perjalanan kami mulai dari Cengkareng, Daan Mogot, pada Jumat (14/6/2024). Kala itu, bertepatan dengan awal libur panjang Hari Raya Idul Adha 1445 H, sehingga kondisi jalan cukup padat.
Kondisi jalan yang padat membut kami harus berkutat dengan kemacetan lalu lintas mulai dari KM 13 Tol JORR (Jakarta Outer Ring Road). Kepadatan tersebut terjadi hingga Jati Asih, atau saat memasuki ruas tol layang Jakarta-Cikampek MBZ.
Saat memulai perjalanan mode berkendara yang dipilih ECO dan regeneratif breaking di level satu hingga ke tempat tujuan. Sementara kecepatan saat menggeber Ioniq 5, bergantung pada kondisi jalan.
Setelah terlepas dari kepadatan lalu lintas, perjalanan berlanjut hingga Rest Area KM 228 A ruas Tol Kanci-Pejagan. Saat itu, kondisi baterai Ioniq 5 yang kami gunakan berada di angka 43 persen dengan perkiraan jarak tempuh 215 km.
Jurnalis memutuskan untuk mengisi daya di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) jenis DC berkapasitas 200 kW. Baterai diisi 18 kWh dengan membayar sebesar Rp46.037 dan baterai terisi 62 persen.
Kemudian kami mencoba mengisi daya pada SPKLU milik ABB yang dikelola PLN jenis DC berkapasitas 50 kW. Kami membeli daya sebesar 20 kWh dengan membayar Rp51.751, dan baterai menunjukkan indikator 90 persen.

Usai mengisi baterai perjalanan dilajutkan hingga Solo tanpa berhenti keluar dari Gerbang Tol Kartasura/Colomadu yang berjarak 281 km dari Rest Area 228 A Tol Kanci-Pejagan. Ketika sampai di tempat tujuan yang tidak jauh dari GT Colomadu, baterai menunjukkan di angka 26 persen.
Selanjutnya, kami memutuskan untuk mengisi daya kembali di SPKLU jenis DC 200 kW dengan mengisi daya sebesar 50 kWh di PLN UP3 Surakarta. Untuk daya sebesar itu, kami harus membayar sebesar Rp135.558 yang membutuhkan waktu pengisian sekitar 48 menit untuk mendapatkan daya mencapai 89 persen.
Lintasi Wilayah Pegunungan
Kemudian jurnalis mencoba membawa mobil listrik Hyundai Ioniq 5 Signature Long Range ini ke wilayah pegunungan di Wonogiri, Jawa Tengah, bermodalkan baterai 89 persen dengan perkiraan jarak tempuh 433 km.
Impresi saat membawa Ioniq 5 melewati jalan perbukitan dengan tanjakan curam cukup mengesankan. Torsi 350 Nm yang dihasilkan dari motor penggerak Permanent Magnet Synchronous Motor membuat mobil ini dengan mulus melintasi tanjakan.
Dari perjalanan tersebut, mobil menghabiskan daya baterai sekitar 45 persen. Jurnlis kembali mengisi daya di PLN UP3 Surakarta dengan membeli daya sebesar 30 kWh pada SPKLU DC 200 kW dan mengeluarkan dana Rp79.960. Setelah pengisian selesai, baterai pada Ioniq 5 yang kami gunakan menunjukkan angka 89 persen.
Mengandalkan persentase baterai tersebut, kami kembali ke Jakarta dengan menggunakan mode Normal dan selingi mode Sport untuk meningkatkan akselerasi menyalip kendaraan lain. Jurnalis memasang regeneratif breaking di level 3 dan beberapa mengaktifkan fitur i-Pedal demi pemakaian baterai yang lebih efisien.
Hyundai Ioniq 5 digeber tanpa henti hingga Rest Area KM 260 B ruas Tol Kanci-Pejagan yang berjarak 259 km dari lokasi awal wilayah Surakarta. Saat tiba di rest area, baterai Ioniq 5 menunjukkan angka 21 persen.
Di area tersebut, tidak ada SPKLU yang disediakan PLN, melainkan Astra OtoPower. SPKLU tersebut menyediakan soket CCS2, CCS, dan Chademo. Sayang, ketika kami ingin menggunakan CCS2, soket tersebut longgar sehingga tidak dapat terpasang dengan baik pada komponen pengecasan di Ioniq 5.
Akhirnya, jurnalis menggunakan soket CCS pada SPKLU berdaya 120 kW. Tapi, menggunakan perangkat yang tak mendukung pengisian cepat, daya yang masuk ke mobil kami hanya 10-11 kWh, sehingga dalam waktu 30 menit baterai yang terisi hanya 30 persen. Beruntung SPKLU tersebut masih dalam program promo sehingga pengisian daya masih gratis.

Jurnalis memutuskan menuju rest area berikutnya di KM 229 B ruas Kanci-Pejagan. Di sana terdapat SPKLU DC 200 kW. Lalu. jurnalis membeli daya sebesar 50 kWh dengan biaya Rp133.193. Setelah selesai mengisi daya, baterai menunjukkan angka 89 persen yang digunakan untuk perjalanan hingga Jakarta.
Jadi, total pengeluaran untuk melakukan perjalanan Jakarta-Solo ditambah dengan pengujian melewati jalan perbukitan di daerah Wonogiri hanya menghabiskan Rp446.535. Sebagai perbandingan jurnalis juga membawa satu unit Toyota Avanza berkapasitas mesin 1.300 cc, yang diisi menggunakan bahan bakar jenis Pertalite menghabiskan biaya Rp800 ribu.

Berdasarkan pengalaman perjalanan Jakarta-Solo PP, penggunaan mobil listrik untuk perjalanan jarak jauh di Pulau Jawa tidak perlu khawatir. Namun, untuk menunjang pengguna kendaraan listrik yang terus meningkat pemerintah perlu memperbanyak SPKLU. Sepanjang perjalanan jurnalis sempat mengantre cukup lama di salah satu SPKLU untuk dapat mengisi daya baterai.
Hyundai Ioniq 5 hadir di Indonesia dalam empat varian, yakni Prime Standard Range dengan harga Rp782 juta, Prime Long Range dijual Rp823 juta, Signature Standard Range dibanderol Rp845 juta, dan Signature Long Range dipasarkan Rp895 juta. Harga tersebut sudah termasuk potongan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) alias subsidi 10 persen.
Editor: Dani M Dahwilani