Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Melantai di GJAW 2025, Mazda Bawa 4 Model Mobil Beri Pengalaman Berkendara Lebih Personal
Advertisement . Scroll to see content

Pangsa Pasar Mobil Jepang Turun, Mazda Akui Ikut Terkoreksi

Selasa, 16 Desember 2025 - 16:37:00 WIB
Pangsa Pasar Mobil Jepang Turun, Mazda Akui Ikut Terkoreksi
Mazda mengungkapkan hanya mengalami penurunan 0,12 persen market share pada Oktober 2025. (Foto: Dok)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id – Sepanjang 2025, pasar otomotif di Indonesia mengalami dinamika yang kompetitif. Serbuan pasar mobil China dan belum pulihnya roda eknonomi, membuat pabrikan Jepang tertekan. 

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) pada Q3 2025 dan analisis pasar otomotif lokal PwC Indonesia (2025), struktur permintaan konsumen terlihat bergeser. Beberapa segmen melemah, sementara segmen lain menunjukkan ketahanan dan pertumbuhan. Fenomena ini mencerminkan perubahan preferensi konsumen Indonesia.

Kondisi ini diakui Mazda. Chief Operating Officer (COO) PT Eurokars Motor Indonesia (Mazda Indonesia), Ricky Thio memberikan perspektif mengenai kondisi tersebut. Menurutnya, dinamika ini menegaskan keputusan pembelian kendaraan semakin multidimensional. 

“Di Indonesia, sebagian besar orang masih menganggap mobil sebagai means of mobility, elemen penting dalam kehidupan sehari-hari. Di sisi lain, banyak orang juga melihat mobil sebagai cara untuk enrich the quality of life, sejalan dengan pemikiran Mazda bahwa the joy of driving may create the joy of living,” ujar Rizky dalam keterangan persya, Selasa (16/12/2025).

Kondisi pasar pada Q3 tahun 2025 menunjukkan kompetisi yang semakin ketat. Di tengah perlambatan beberapa segmen, Mazda mengklaim menjadi salah satu brand yang mampu menjaga stabilitas performa. 

Ricky mengungkapkan Mazda hanya mengalami penurunan 0,12 persen market share pada Oktober 2025. Ini lebih rendah dibanding dari pangsa pasar beberapa pabrikan Jepang lain yang terkoreksi 2–3 persen.

Pada level retail, kontraksi sebesar 39-44 persen terjadi pada beberapa brand kompetitor asal Jepang dan Eropa di segmen kendaraan premium. Sementara Mazda berada di 29 persen. Ini ditopang performa stabil Mazda CX-5, Mazda CX-3, dan Mazda 3 Hatchback, line-up yang dikenal dengan keindahan desain dan karakter berkendara khas Mazda.

“Emotional appeal adalah kekuatan kami. Konsumen membeli bukan hanya karena logika, tetapi juga cinta terhadap desain dan kualitas produk Mazda,” ujar Ricky.

Ricky menekankan bahwa terdapat beberapa faktor dalam pembelian kendaraan di Indonesia. Konsumen kini semakin cermat menilai Total Ownership Cost (TOC), yang mencakup biaya aftersales (service & maintenance), biaya registrasi dan administrasi, hingga nilai jual kembali (resale value). Seluruh aspek TOC ini membentuk fondasi rasional dalam pengambilan keputusan.

Namun, faktor tersebut tidak berdiri sendiri. Ekosistem otomotif dipengaruhi pula oleh elemen eksternal, seperti regulasi pemerintah, dinamika industri, dan kesiapan infrastruktur, semuanya membentuk momentum pasar dan arah preferensi konsumen.

“Indonesia adalah salah satu pasar otomotif yang sangat value competitive,” ujarnya. 

“Dengan banyaknya value proposition dari berbagai APM (Agen Pemegang Merek), konsumen perlu mampu menggabungkan faktor rasional, seperti TOC, dengan kebutuhan personal mereka,” kata Ricky.

Selain perhitungan rasional, seperti biaya kepemilikan, Mazda juga melihat bahwa keputusan pembelian kendaraan kini ditentukan oleh supplement factors, seperti reliabilitas, kualitas produk, efisiensi bahan bakar, keamanan, kenyamanan berkendara, dan nilai emosional antara pengendara dan kendaraannya.

Proyeksi Industri Otomotif 2026

Untuk 2026, Mazda melihat peluang pemulihan secara bertahap. Semester pertama diperkirakan masih stabil. Sementara akselerasi pertumbuhan dapat terjadi pada semester kedua. 

Pemulihan ini memerlukan prasyarat seperti stabilitas sosial, birokrasi yang memudahkan, kompetisi industri yang positif, dan sinergi lintas ekosistem. “Kurva daya beli diharapkan kembali naik. Dengan ekosistem yang sehat dan kolaboratif, industri ini akan menemukan momentum-nya,” ujar Ricky.

Untuk menjaga relevansi pada 2026, Mazda akan menerapkan strategi segmentasi yang lebih presisi, membidik konsumen yang mengutamakan kenyamanan berkendara, kebanggaan terhadap desain dari mobil yang dimiliki, serta menghargai nilai emosional dalam kepemilikan kendaraan. Mazda juga memperkuat kapabilitas sales force agar lebih akurat mengidentifikasi karakter konsumen-nya.

Selain penyempurnaan strategi segmentasi di 2026, Mazda juga akan meluncurkan beberapa model baru, mayoritas SUV, selaras dengan kebutuhan pasar Indonesia yang menekankan utilitas dan kenyamanan.

Mazda juga menunjukkan komitmen investasi jangka panjang-nya melalui pembangunan Training Center baru untuk memperkuat ekosistem mulai dari penjualan hingga aftersales.

“Training Center ini adalah bukti investasi kami. Mazda hadir bukan hanya sebagai brand, tetapi sebagai ekosistem yang mendukung pengalaman pemilik dari awal hingga akhir,” kata Ricky.

Melihat dinamika pasar saat ini, Mazda menempatkan diri bukan sekadar sebagai pemain otomotif, tetapi pembawa filosofi dan pengalaman. Menggabungkan nilai rasional seperti TOC dan aftersales dengan emotional value lewat desain dan driving experience, Mazda membangun keseimbangan yang semakin relevan bagi konsumen Indonesia.

Mazda meyakini masa depan industri otomotif Indonesia adalah perpaduan antara logika dan rasa, didefinisikan melalui kualitas produk, desain yang memiliki jiwa, serta pengalaman berkendara yang menciptakan hubungan emosional kuat dengan pengendara.

Editor: Dani M Dahwilani

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut