Suzuki Saluto Tak Kunjung Diboyong ke Indonesia untuk Saingi Grand Filano, Ini Alasannya
JAKARTA, iNews.id– Suzuki Saluto sudah menjadi perbincangan hangat penggemar skutik retro Indonesia sejak beberapa tahun lalu. Namun PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) tak kunjung mendatangkannya ke Tanah Air.
M Razwankaizar, section head domestic sales and digital marketing 2W PT SIS mengatakan ada beberapa pertimbangan dan pihaknya bisa saja membawa Suzuki Saluto. Statusnya yang masih CBU alias impor sepenuhnya dari luar negeri, akan membuat harganya sangat tinggi.
"Banyak yang mau (Saluto), tapi ada banyak pertimbangan, terutama soal harga. Karena itu kan impor pasti ya, kita kan pertimbangannya harga. Kalau motor itu masuk sini, pasti tinggi harganya,” kata Razwan saat ditemui di Tangerang, beberapa waktu lalu.
PT SIS sendiri dalam dua tahun terakhir ini selalu meluncurkan produk baru yang diimpor secara utuh dari India. Mulai dari Suzuki Avenis 125, V-Strom SX 250, dan terbaru Burgman Street 125 EX.
Untuk diketahui, Suzuki Saluto diproduksi di Taiwan. Hal ini membuat PT SIS belum bisa membawa skutik tersebut ke Indonesia. Pasalnya, biaya impor dari Taiwan berbeda dengan India, sehingga akan memengaruhi harga jualnya.

Selain itu, Razwan juga menegaskan bahwa PT SIS mengikuti strategi global dalam membawa suatu produk ke Indonesia. Meski Suzuki Saluto berstatus sebagai produk global, tapi penjualannya terbatas di negara tertentu.
“Karena kita kan salah satu produksi global dari India ya. Jadi kita masukin ini (Burgman Street) dulu yang pasti bisa diterima sama konsumen. Pasar motor 125cc kan bagus, ya Saluto juga 125cc sih, tapi ada pertimbangan salah satunya keputusan global,” ujarnya.
Untuk performa, Suzuki Saluto dibekali mesin satu silinder berkapasitas 124 cc berpendingin udara. Mesin tersebut dapat menghasilkan tenaga 9,2 hp dan torsi puncak 10 Nm, dengan konsumsi bahan bakar 51 km/liter.
Jika Suzuki Saluto yang memiliki desain bergaya retro masuk ke Indonesia, skutik ini bakal langsung menjadi pesaing Yamaha Grand Filano.
Editor: Ismet Humaedi