Deretan Pemilik PO Bus Hanya Lulusan SMA, Ada yang Jadi Ketua Pengusaha Otobus hingga Bupati

JAKARTA, iNews.id – Pengusaha sukses tidak hanya lahir dari seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi. Sejumlah orang lulusan Sekolah Menagah Atas (SMA) juga sukses menjadi pengusaha perusahaan otobus (PO) hingga memiliki ratusan armada.
Pendidikan sampai SMA tidak menghambat mereka menjadi pengusaha sukses. Siapa saja pengusaha yang berhasil membangun usahanya meski tak memiliki latar belakang pendidikan tinggi?
Dilansir dari berbagai sumber, berikut deretan pemilik PO bus yang sukses meski hanya lulusan SMA.
1. H Hasanuddin Adnan, PO SAN
Perjuangan Haji Hasanuddin Adnan dalam mendirikan usaha juga menarik untuk dibahas, mengingat dia juga hanya seseorang lulusan SMA. Setelah lulus sekolah, dia tak melanjutkan sekolah dan diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Namun, kecintaannya terhadap dunia otomotif membuatnya memilih untuk meninggalkan profesinya sebagai PNS dan memilih berjuang dari nol dalam membangun usaha bus. Tapi, keputusan itu menjadi langkah tepat yang diambil oleh H Hasanuddin.
Meski masih berada di manajemen PO SAN, Hasanuddin sudah menyerahkan sepenuhnya kepemimpinan perusahaan kepada anaknya, Sani. Sudah tak berusia muda, dia berharap perusahaan tetap mempertahakan pelayanan yang maksimal.
2. Agus Sumardji, PO Aneka Jaya
Dalam video di kanal YouTube Laksanabus, pemilik PO Aneka Jaya, Agus Sumardji mengaku dia hanya lulusan SMA. Saat itu, dia tidak diizinkan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi oleh orang tuanya. Agus diminta mengurus usaha bus yang hampir bangkrut.
“Saya lulus SMA tidak boleh meneruskan sekolah, diminta mengurusi bus yang saat itu hanya tersisa dua unit. Setelah diperbaiki dengan pola pikir saya, semampu saya, mulai dari sopir, kernet, dan sebagainya saya ubah semua,” kata Agus dikutip dari kanal YouTube Laksanabus.
Pada 1975, kehidupan Agus Sumardji sebenarnya tidak dalam kondisi yang bagus secara finansial, meski memiliki usaha bus dan sembako. Ini yang membuatnya bertekad menjalankan usaha bus peninggalan ayahnya dengan sepenuh hati.
Bahkan, ketika Agus mulai turun mengambil alih kursi kepemimpinan. Bus yang awalnya berjumlah enam unit hanya tersisa dua unit. Mulai dari situ dia berpikir untuk merombak manajemen dan perlahan mulai bangkit, hingga eksis sampai saat ini.