Keluarkan Sang Anak dari PO Haryanto, Begini Perjuangan H Haryanto Bangun Perusahaan
JAKARTA, iNews.id - Perusahaan otobus (PO) Haryanto saat ini sedang menjadi perbincangan hangat setelah Direktur Opersionalnya, Rian Mahendra dipecat. Adalah Haji Haryanto sebagai pemilik sekaligus ayah yang mengeluarkan keputusan tersebut.
Nama H Haryanto mencuat setelah video klarifikasinya tentang pemecatan Rian Mahendra beredar di media sosial. Lantas, seperti apa sosok H Haryanto sang pendiri PO Haryanto? Berikut kisah perjuangannya.
Haji Haryanto merupakan seorang anggota TNI sebelum menjadi seorang pengusaha pemilik perusahaan otobus (PO). Masuk TNI pada 1979, awalnya ia bertugas di Batalyon Artileri Pertahanan Udara Ringan 1/Kostrad di Tangerang.
Saat itu, Haji Haryanto mengaku uang yang didapatkannya dari pekerjaannya sebagai TNI tak besar. Tapi, dirinya selalu menyisihkan uang untuk ditabungkan demi masa depan keluarganya.

Setelah terkumpul, akhirnya Haji Haryanto memberanikan diri untuk membeli sebuah mobil secara kredit yang dijadikan angkot. Menjadi sopir angkot juga dilakoninya sendiri selepas dirinya bertugas.
“Waktu demi waktu saya memberanikan diri. Saya punya uang Rp750 ribu, buat kredit angkot satu. Saya sopiri sendiri. Kalau siang habis dinas malemnya saya nyopir angkot, ya kalau rusak saya betulkan sendiri,” kata Haji Haryanto dalam video unggahan Mas Wahid di YouTube.
Seiring berjalannya waktu, H Haryanto akhirnya bertemu dengan seorang rekan bisnis, Bu Yanti, yang memberikannya modal untuk mengelola angkot. Hingga akhirnya memiliki ratusan angkot yang dikelolanya sebagai pengurus di lapangan.

Namun, pada saat itu Haji Haryanto masih mengemban tugas sebagai seorang anggota TNI, yang membuatnya memutuskan untuk pensiun. Pada 2000, karier militernya berakhir dengan pangkat terakhirnya Kopral Kepala.
Fokus sepenuhnya pada dunia transportasi, Haji Haryanto akhirnya mengembangkan bisnisnya dengan membeli sebuah bus. Saat itu, dirinya membuka rute Cimone-Cikarang, yang ternyata gagal.
Kendati begitu, Haji Haryanto tak menyerah dan terus berusaha memajukan bisnis transportasinya. Hingga akhirnya mendapatkan izin membuka trayek Kudus-Pati-Pulo Gadung yang menjadi awal kesuksesan PO Haryanto.
“Bus itu jelek loh mas, tapi banyak penumpangnya. Saya beranikan diri meminjam kepada bank untuk membeli sasis. Alhamdulillah, 2002 mulai berkembang. Pada 2004 mulai membangun pool,” ujarnya.

Bukan berarti perjalanan setelah itu mudah, Haji Haryanto mengaku sempat bangkrut pada 2007. Hal itu disebabkan oleh harga bahan bakar minyak (BBM) naik dan kondisi ekonomi buruk.
“2007 itu saya colaps, saya masih punya utang di BRI Rp27 miliar. Saya dikasih waktu tambahan tiga tahun, dan itu lunas. Bayangkan, itu kalau dipikir dengan logika nggak masuk akal,” katanya.
H Haryanto menyadari kemudahan yang didapatkannya berkat dirinya memudahkan hidup orang lain. Sejak saat itu, dirinya selalu memberangkatkan haji dan umrah karyawannya setiap tahun, bahkan dibangunkan rumah.

Setiap tahunnya, Haji Haryanto memberangkatkan sopir bus PO Haryanto yang berprestasi ke Tanah Suci. Namun, dirinya juga tak segan memberikan sanksi kepada karyawannya yang tak mau menunaikan ibadah shalat.
“Kalau dipikir nggak masuk akal, dari angkot satu sampai sekarang 235 bus. Itu bus baru semua loh, bayangkan berapa ratus miliar rupiah, mungkin setengah triliun. Saya yakin ini semua sudah jalan Allah, makanya saya suka bangun masjid,” ucapnya.
H Haryanto memang selalu menanamkan nilai-nilai agama ke karyawanya yang beragama Islam dengan mengajak mereka untuk tidak meninggalkan shalat. Bahkan, setiap armada bus PO Haryanto terdapat kalimat sholawat.
Editor: Ismet Humaedi