Mitos PO Bus Asal Kuningan Hanya Kuat Satu Generasi, Ini Jawaban Luragung
JAKARTA, iNews.id - Ada banyak mitos di dunia perbusan, khususnya bus antarkota antarprovinsi (AKAP). Salah satunya mitos perusahaan otobus (PO) asal Kuningan, Jawa Barat hanya memiliki umur satu generasi.
Mitos ini telah lama dipercaya baik di kalangan para pengusaha bus hingga pecinta bus alias busmania. Tidak sedikit pengusaha bus asal sana yang khawatir usahanya tidak bisa berlangsung lama hingga generasi berikutnya.
Pemilik PO bus Luragung Termuda, H Yayan Irman mengungkapkan mitos tersebut juga terdengar di telinganya. Dia bahkan pernah diwanti-wanti oleh sang ayah, Koesmapradja yang merupakan generasi pertama PO Luragung Jaya.
"Ayah saya meninggal tahun 2006. Saya diberi mandat untuk meneruskan. Ayah saya bilang ini tantangan buat saya karena perusahaan di Kuningan itu umurnya hanya satu generasi," ungkap H Yayan dikutip dari tayangan YouTube Perpalz TV, Jumat (13/1/2023).
Dia pun menyebut bahwa mitos tersebut tidak bisa dianggap remeh karena memang secara kebetulan terbukti, ada cukup banyak PO asal Kuningan, Jawa Barat yang hanya bisa bertahan satu generasi saja.
"PO Mitra Sari satu generasi, PO Kuningan Jaya satu generasi, PO Bumi Geukis satu generasi. Memang ada mitos bus di Kuningan itu generasi pertamanya meninggal, gak akan lanjut. Itu menjadi tantangan saya," ujarnya.

Meski demikian H Yayan tetap bertekad dan menerima tantangan yang diberikan oleh ayahnya untuk menahkodai perusahaan yang sudah didirikan sejak 1982 itu. Dan terbukti PO bus tersebut masih eksis sampai saat ini.
H Yayan sendiri saat ini menjadi nahkoda dari PO Luragung Termuda, anak perusahaan dari PO Luragung Jaya. Meskipun semula tak berniat untuk meneruskan perusahaan, H Yayan mengaku tidak bisa menolak permintaan dari sang ayah.
Dia semula hanya bermimpi untuk menjadi seorang arsitek, profesi yang sesuai dengan jurusan yang ia ambil saat kuliah, namun pada suatu saat dirinya dihubungi oleh sang ayah untuk kembali ke kampung halaman, membantu membesarkan perusahaan.
Sebenarnya itu saya gak terjun karena ada kakak, almarhum H Ade. Nah, pada 1998 saya beres kuliah. Mungkin karena dari kecil lihatnya oli, dari SD, yang tadinya niat tidak akan terjun di bus, ternyata darahnya darah oli jadi gak bisa," ujarnya.
Editor: Ismet Humaedi