Polusi Kendaraan Tinggi, Intip Cara Pelaku Bisnis Mengurangi Emisi Karbon
JAKARTA, iNews.id - Penggunaan sumber daya alam secara masif seperti minyak merupakan penyebab utama pemanasan global. Terlebih populasi kendaraan saat ini terus meningkat menjadi salah satu kontribusi utama tingginya emisi karbon.
Sebab itu, diperlukan upaya pengurangan emisi karbon atau netralitas karbon demi menyelamatkan bumi dan seisinya. Salah satunya melalui elektrifikasi kendaraan (EV) atau mobil listrik.
CEO KRBN-World, Kimbal Musk mengemukakan, netralitas karbon merupakan istilah yang digunakan dalam upaya menyeimbangkan jumlah karbon dengan cara mengurangi emisi karbon yang dihasilkan selama periode waktu tertentu melalui metode atau cara tertentu. Selaian elektifikasi juga ada langkah lain yang lebih strategis melalui bisnis.
Misalnya, sebuah pabrik yang menghasilkan satu juta ton karbon dioksida per tahun perlu menanam 2.000 pohon buah-buahan, yang mampu menyerap satu juta ton karbon dioksida setiap tahunnya, sehingga mengimbangi emisi karbon pabrik tersebut dan mencapai netralitas karbon.
"Saat ini, ada metode baru untuk melakukan netralitas karbon yang bisa jadi peluang bisnis, yakni perdagangan karbon (carbon trading) yang merupakan kegiatan jual beli kredit karbon (carbon credit). Kredit karbon sendiri merupakan representasi dari hak bagi sebuah perusahaan untuk mengeluarkan sejumlah emisi karbon atau gas rumah kaca lain dalam proses industrinya," ujar Kimbal Musk dalam keterangan pers, Kamis (14/4/2022).
Dia menjelaskan jika emisi karbon yang dihasilkan melebihi kredit yang dimiliki, maka perusahaan harus mulai melakukan perlindungan lingkungan hijau atau teknologi ramah lingkungan lainnya. Namun, jika sarana yang ada masih jauh dari cukup untuk melakukan netralisasi karbon, maka pembelian kredit karbon pun menjadi pilihan alternatif.
Hal tersebut tentunya bisa jadi peluang bisnis bagi yang memiliki hutan sendiri atau industri lainnya yang dapat membuat indeks netral karbon. Kimbal Musk menyebutkan ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan peluang dalam industri netralisasi karbon dan mulai menghasilkan uang.
"Jika Anda memiliki hutan sendiri, maka Anda dapat mencari pertukaran netral karbon dan menjual indeks netral karbon Anda untuk menghasilkan uang. Jika Anda memiliki industri lain yang dapat membuat indeks netral karbon, Anda dapat menjualnya ke perusahaan atau bursa yang membutuhkannya," kata Kimbal Musk.
Dia menyebutkan untuk mengontrak atau membeli indikator hutan global. Setelah membeli dapat mulai memproduksi indikator netral karbon KRBN, dan kemudian menjual indikator tersebut untuk menghasilkan uang.
Diketahui, mulai dikembangkan oleh Big Green sejak 2021, KRBN-World merupakan salah satu perusahaan pertama di dunia yang memperoleh kualifikasi perdagangan netralisasi karbon.
"Di KRBN-World, orang-orang yang memiliki indeks netral karbon seperti pemilik hutan atau kebun dapat memanfaatkan peluang netralitas karbon untuk menghasilkan uang, yakni dengan menerbitkan kredit karbonnya untuk dijual ke perusahaan yang membutuhkannya. Bahkan penjual kredit karbon dapat membeli saham perusahaan terkait dan menahannya untuk waktu yang lama," katanya.
Kegiatan jual beli kredit karbon ini melibatkan tiga pihak, yaitu pembeli, penjual, dan lembaga perdagangan karbon. Pembeli umumnya ialah pihak yang memproduksi gas rumah kaca, seperti pemilik pabrik, perusahaan manufaktur, dan lain-lain. Sedangkan penjual ialah pihak yang menjual kredit karbon, umumnya berasal dari proyek-proyek hijau. Lembaga perdagangan karbon akan berperan dalam menghitung kemampuan penyerapan karbon oleh lahan hutan pada proyek tertentu yang dimiliki pihak penjual, dan menerbitkan kredit karbon yang berbentuk sertifikat.
Dia menyebutkan tujuan mencapai netralitas karbon bukanlah akhir, melainkan awal baru lainnya, dan akan harus terus berlanjut seperti perlindungan lingkungan saat ini. "Dengan melakukan netralitas karbon, kita berkontribusi dalam memastikan udara, air, dan makanan yang lebih bersih untuk generasi saat ini dan generasi mendatang," ujar Kimbal Musk.
Editor: Dani M Dahwilani