Apa Kabar Hariyanto Arbi? Pemilik Smash 100 Watt yang Berangkat Latihan Naik Becak
JAKARTA, iNews.id- Nama Hariyanto Arbi sangat melegenda di dunia bulu tangkis Indonesia. Hari menjadi salah satu tunggal putra Indonesia yang memiliki julukan Smash 100 Watt.
Hari lahir 21 Januari 1972 di Kudus, Jawa Tengah. Dia mulai aktif bermain bulu tangkis di era 1990-an. Keaktifannya itu mengikuti jejak kakak-kakaknya yaitu Hastomo Arbi dan Eddy Hartono yang telah bergabung Pelatnas lebih dulu.
Hari lahir dari keluarga yang serba kesusahan. Dia berjuang sangat keras untuk bisa bermain bulu tangkis. Dia tak malu naik becak setiap kali berangkat latihan.
“(Dukungan keluarga) Luar biasa sekali, waktu kecil saja kita kan dari orang susah kalau orang tua anter aja naik becak bareng gitu sampe kaya gitu. Untuk latihan aja kita susah jadi kendaraanya ya kita naik becak,” ucap Hari saat diwawancarai tim MPI pada Senin (16/8/2021).
Dengan kenyataan itu, Hari justru merasa terpicu untuk menjadi atlet bulu tangkis yang bisa membanggakan Indonesia. Motivasinya mencapai puncak ketika melihat kakaknya Hastomo juara Piala Thomas 1984.
Hari melihat sang kakak mendapat sambutan luar biasa di tanah air setelah kepulangannya dari event tersebut. Hari yang saat itu ikut menjemput di bandara melihat kakaknya dibanggakan ribuan orang dan tentu sang ayah.
"Mas Hastomo Waktu menang Thomas Cup kan diarak-arak tuh waktu tahun 84. Waktu itu saya kan juga jemput sama orang tua, nah orang tua sampe nangis-nangis. Dari situ dapet inspirasi bahwa kalau mau nyenengin orang tua ya salah satunya ya harus juara,” ucap Hari.
![]()
Baca JugaAlan Budikusuma Si Penakluk Olimpiade 1992, Begini Kehidupannya Sekarang
View this post on Instagram
Perlahan Hari menunjukkan keseriusannya di dunia bulu tangkis. Hari memulai karier dengan bergabung PB Djarum. Ajang pertamanya ialah mengikuti kejuaraan Pelajar se-Asia di Hongkong pada 1986 atau pada saat itu umurnya masih 14 tahun.
Saat memasuki umur 18, Hari mendapat panggilan dari Pelatnas PBSI tepatnya pada 1990. Namun Hari belum tampil maksimal di awal pelatnas.
Penampilannya mulai meningkat memasuki 1992. Dia menjuarai beberapa event besar seperti Taiwan Open hingga All England hingga puncaknya tahun 1994 menjadi juara di Thomas Cup.
Juara di Thomas Cup untuk pertama kali menjadi momen paling membanggakan Hari sepanjang karirnya. Pasalnya saat itu nomor tunggal putra Indonesia tidak diperhitungkan lantaran terakhir kali juara pada 1984 yang notabene milik kakaknya.
“Thomas Cup terakhir kali dimenangkan sama kakak tahun 84 terakhir kali, setelah itu 10 tahun ga menang. Waktu itu tahun 94 saya ikut pertama kali Thomas cup dan menang. Itu paling berkesan,” katanya.
“Di sisi lain, bisa bawa Indonesia juara Thomas Cup 4 kali (1994, 1996, 1998, 2000) sama All-England, karena dulu kan kalo udah juara all England udah rasanya waduh lain gitu. Orang Indonesia juga kan ga banyak juga di All England bisa jadi andalan di nomor tunggal,” katanya.