Khabib Nurmagomedov Ungkap Sosok Petarung yang Ditakuti: Dipukul Dia Kayak Ditabrak Truk

NEW YORK, iNews.id- Mantan Petarung UFC, Khabib Nurmagomedov mengungkap sosok petarung yang paling ditakutinya. Petarung itu bernama Justin Gaethje.

Khabib telah pensiun dari ajang tarung bebas itu pada Oktober 2020 lalu. Khabib menyebut Justin Gaethje, adalah petarung dengan pukulan paling keras yang pernah dia lawan. Petarung 32 tahun itu menjadi lawan terakhirnya di atas oktagon sebelum pensiun tahun lalu.

Baca Juga

Jadwal dan Link Live Streaming Timnas Indonesia U-22 di SEA Games 2025, Eksklusif di Vision+

“Orang ini (Justin Gaethje) menabrak seperti truk,. Tidak ada yang memukul saya lebih keras dari Justin Gaethje. Tendangannya, pukulannya, hook kirinya, hook kanannya, uppercut kanannya,” kata Nurmagomedov dilansir dari BJPENN, Jumat (6/8/2021).

“Kamu tahu, aku membuatnya memukulku. Ketika aku duduk di atas kurungan, lalu berpikir seperti, baik aku akan membawanya ke laut dalam dan ketika dia lelah saat berdiri, aku akan menjatuhkannya ke tanah dan menghabisinya,” tuturnya.

Baca Juga

Mike Tyson Bilang Assalamualaikum ke Khabib, Lalu Sebut Niat Ingin Duel

The Highlight –julukan Gaethje- memang dikenal karena kekuatannya. Dia memiliki tendangan kaki yang sangat kuat dan pukulan sekali KO yang mematikan.

Baca Juga

Raih Emas Olimpiade, Viktor Axelsen Bawa-Bawa Nama Ginting dan Chen Long

Dia sempat mendaratkan beberapa pukulan yang bagus ke arah Khabib tahun lalu. Namun Khabib menang lewat kuncian.

Khabib Nurmagomedov memiliki rekor 29 kemenangan dan tidak pernah mengalami kekalahan dalam karirnya di kelas ringan UFC. Petarung asal Rusia itu memutuskan untuk pensiun setelah menang melawan Gaethje dan mempertahankan sabuknya.

Baca Juga

Khabib Nurmagomedov Jagokan Tyson Fury Jika Duel dengan Anthony Joshua

Dia mempertahankan sabuknya tiga kali, dua diantaranya melawan Conor McGregor dan Dustin Poirier. Dalam karirnya dia juga mengalahkan para petarung hebat seperti Rafael dos Anjos, Edson Barboza, Michael Johnson, Al Iaquinta, dan Gleison Tibau.

Editor: Ibnu Hariyanto