Kisah Pitha Haningtyas Mentari: 7 Tahun Duet dengan Rinov Rivaldy hingga Tembus Olimpiade Paris 2024
Tari memang tidak menyangkal komunikasi menjadi salah satu tantangan terbesar dalam mereka berduet selama tujuh tahun. Tetapi, baik Tari dan Rinov sama-sama berusaha untuk bisa menemukan solusi terbaik. Hingga di titik ini, Tari pun merasa apa yang sudah ia dan Rinov usahakan dalam hal komunikasi adalah lebih dari cukup.
“Aku sih jujur udah merasa cukup ya. Cukup dengan komunikasi kita yang seperti saat ini. Aku sudah merasa bersyukur dan aku enggak minta lebih dia harus kayak gini atau harus kayak gitu. Komunikasi yang kita jalani dengan komunikasi pasangan lain jalani itu kan enggak akan sama,” ucap pemain asal Jakarta tersebut.
“Kita juga enggak bisa ngikutin idealnya orang-orang di luar kalau pasangan harusnya kayak gini. Tetap yang jalanin aku dan Rinov. Dia udah lebih dari cukuplah buat aku, apalagi dengan yang dia kasih, ya maksudnya effort-nya dan semuanya gitu dia udah usahakan semuanya,” tutur pemain jebolan PB Jaya Raya tersebut.
“Versi komunikasi kita itu simple is important. Jadi kita cari yang lebih simple, kita enggak usah bertele-tele, to the point gitu. Ya lu maunya ini, yaudah ini. Gue maunya ini, yaudah ini. Kita sudah berkomitmen bahwa ya memang itu yang kita jalanin. Jadi dengan bahasa, sikap dan perilaku yang kita sudah setujui,” dia menjelaskan.
Akan tetapi, bukan hanya soal komunikasi, cobaan kembali datang ketika pada akhir Januari 2024, mental Rinov drop. Rinov merasa terpukul dengan kekalahan beruntun yang terus dirasakan hingga sempat merasa menyerah. Gentingnya lagi, situasi yang dialami Rinov itu ketika perebutan tiket ke Olimpiade Paris 2024 masih berlangsung.
“Ya itu adalah part di mana dia lagi down dan aku juga ngerasain. Tapi kita mau ngomong gimana pun tetep yang ngerasain dia. Dia sebenarnya yang punya caranya. Bahkan waktu itu aku bilang ‘yang tau caranya itu cuma lo sendiri’. Karena mau aku bilang apa kalo dia enggak ngerasain, itu tidak akan mengubah. Aku cuma ikutin alurnya, dalam arti kayak lo mau didukung secara apa? Jadi aku lebih kayak ikutin maunya dia,” tutur Tari.
“Apakah saat itu aku khawatir dengan perebutan Olimpiade? Enggak. Memang waktu setelah selesai main di Thailand itu aku sempat marah sama dia. Pada saat itu mungkin aku juga lagi emosi ya. Jadi abis aku ngomong ke dia, aku langsung tinggalin dia, sampai akhirnya kita punya sesi berdua,” kata Tari.
“Di situ akhirnya kita menemukan jalan tengah berdua dan kita berkomitmen. Jadi pada saat itu memang ada konflik yang kasarannya ada di waktu-waktu mepet dan sedang mengejar. Kita kayak sedang berlari, terus salah satu sepatu kita talinya lepas,” kata Tari sambil mengenang momen itu.