Pengakuan Alex Marquez Bersaing dengan sang Kakak: Balapan di Belakang Marc Seperti di Sekolah!
BOLOGNA, iNews.id – Alex Marquez tidak menutupi rasa hormat sekaligus kagumnya pada Marc Marquez. Dia menyebut sang kakak lebih dari sekadar rival di lintasan. Baginya, berada tepat di belakang sang kakak di lintasan MotoGP terasa seperti duduk di bangku sekolah, mencatat pelajaran berharga dari seorang guru.
Pembalap Gresini Racing itu memang tengah menikmati salah satu musim terbaik dalam kariernya di MotoGP 2025. Berkali-kali dia ikut bersaing dengan Marc dalam perebutan podium utama. Namun, Alex sadar konsistensi masih menjadi kelemahannya.
Di klasemen sementara, Marc masih perkasa di puncak dengan 455 poin, unggul 175 angka dari Alex yang berada di posisi kedua. Alex pun mengakui peluangnya mengejar gelar juara hampir mustahil. Namun dari situ, ia memilih fokus untuk belajar sebanyak mungkin dari sosok yang tak hanya kakak, tapi juga rival terbesarnya.
“Saya rasa kami tidak punya paket untuk mencoba meraih gelar juara. Kami tidak punya tanggung jawab untuk mencoba juara, misalnya seperti Marc, yang berada di tim pabrikan dengan motor resmi,” kata Alex, dilansir dari Crash, Selasa (2/9/2025).
Bagi Alex, pengalaman bersaing dengan Marc adalah kesempatan yang tak ternilai. Dia merasa berada dalam proses belajar yang nyata, melihat langsung bagaimana sang kakak menghadapi tiap akhir pekan balapan, dari sesi latihan, kualifikasi, hingga race utama.
“Ini adalah pertama kalinya saya berada di situasi mencoba bersaing untuk Kejuaraan Dunia MotoGP. Jadi saya hanya berusaha belajar dari itu, terutama belajar dari yang terbaik, yaitu Marc,” ucapnya.
“Dia tahu bagaimana menghadapi setiap akhir pekan, setiap sesi, setiap kondisi. Marc di 2025, menurut saya, berada di level yang sama dengan 2019,” sambungnya dengan nada kagum.
Alex juga menggambarkan betapa banyaknya hal yang bisa ia pelajari saat berada di lintasan tepat di belakang Marc.
“Ketika kamu berada di belakangnya, rasanya seperti berada di sekolah, mencoba mencatat apa yang dia lakukan dengan lebih baik. Jadi saya hanya berusaha membuat diri saya semakin kuat,” ujarnya.
Namun, dia juga menyadari ada beban tersendiri ketika rival utamanya adalah saudara kandung. “Melupakan bahwa dia adalah kakak saya, tetap saja berat punya rival seperti Marc. Dia salah satu yang terbaik dalam sejarah. Kita lihat saja nanti ketika dia pensiun, berapa banyak gelar yang dia punya… dia sudah punya keunggulan besar atas saya,” tutup Alex dengan jujur.
Komentar Alex ini menunjukkan sisi humanis yang jarang terlihat di lintasan. Rivalitas dengan Marc bukan hanya tentang perebutan gelar, tetapi juga tentang persaudaraan, pembelajaran, dan rasa hormat seorang adik pada kakak yang telah lebih dulu menjadi legenda.
Editor: Abdul Haris