Penyebab Atlet Binaraga di Malang Makan Ayam Tiren, Hanya Terima 10 Persen dari Biaya Operasional
Kebutuhan dana yang tidak tertutupi akhirnya dipenuhi dari kantong pribadi pengurus dan hasil usaha kebugaran milik Indra yang berada di Lawang dan Sumbermanjing Wetan. Salah satu gym difungsikan secara komersial untuk menutupi subsidi bagi atlet.
"Sebagian besar dana berasal dari pribadi saya. Kami memiliki dua tempat latihan—satu untuk komersial, satu lagi khusus untuk pembinaan atlet. Dana dari tempat komersial kami gunakan untuk menutupi kebutuhan para atlet," jelasnya.
Indra juga menyoroti kebutuhan cabor binaraga sering kali tidak terlihat secara fisik, berbeda dengan cabang olahraga lain seperti balap motor yang bisa dihitung dari jumlah kendaraan atau perlengkapannya.
"Kalau cabang otomotif, misalnya, kekurangan dana Rp200 juta bisa kelihatan dari tidak adanya motor. Tapi kalau binaraga, semua masuk ke tubuh – gizi, vitamin, suplemen – tidak tampak kasat mata," katanya.
Ia mengaku prihatin dengan asupan gizi yang diterima para atlet. Idealnya, kebutuhan protein mereka dipenuhi dari daging sapi. Namun karena keterbatasan biaya, mereka terpaksa beralih ke daging ayam, bahkan ayam tiren, karena harganya lebih murah.
"Kalau pakai telur, per kilonya Rp23 ribu, tapi kandungan proteinnya minim. Daging sapi bagus, tapi harganya Rp160 ribu per kilogram. Akhirnya kami cari alternatif lain yang terjangkau, meski kualitasnya sangat jauh di bawah standar," keluh Indra.