2. Membangun Kepemimpinan dan Mental Juara
Selain masalah taktik, Juventus juga menghadapi krisis kepemimpinan.
Tudor sempat menyebut bahwa timnya memiliki banyak pemimpin, termasuk Manuel Locatelli, Khephren Thuram, Mattia Perin, Jonathan David, dan Dusan Vlahovic.
Namun, kenyataan di lapangan berkata lain — Juventus tampak rapuh saat menghadapi tekanan besar.
Spalletti terkenal sebagai pelatih yang mampu mengasah pemain bukan hanya secara teknis, tapi juga mentalitasnya.
Di Napoli, ia mengubah pemain seperti Khvicha Kvaratskhelia dan Victor Osimhen menjadi sosok bermental juara. Hal yang sama harus ia lakukan di Turin: membentuk tim yang punya karakter, tidak mudah goyah, dan siap bertarung di setiap situasi sulit.
Juventus butuh lebih dari sekadar taktik. Mereka membutuhkan jiwa kompetitif dan mental baja yang selama ini identik dengan era keemasan Bianconeri.
3. Menyatukan Visi dengan Klub dan Direksi
Inilah tantangan non-taktis terbesar yang dihadapi Spalletti.
Salah satu penyebab utama kepergian Tudor adalah ketidakharmonisan dengan manajemen klub, terutama dalam urusan transfer pemain.
Spalletti kini harus bekerja selaras dengan jajaran direksi, termasuk Damien Comolli, yang disebut berperan penting dalam perencanaan skuad.
Juventus sendiri sedang menunggu pengumuman resmi direktur olahraga baru — sosok yang akan bekerja langsung dengan Spalletti dalam menyusun strategi jangka panjang.
Keselarasan visi antara pelatih dan direksi akan sangat menentukan masa depan Juventus. Tanpa itu, proyek besar Spalletti akan sulit berkembang.
Juventus juga diprediksi akan aktif di bursa transfer Januari 2026, untuk merekrut pemain yang sesuai dengan filosofi Spalletti.
Jika semua pihak sejalan, Juventus berpeluang besar membangun kembali identitas permainan menyerang yang atraktif — sekaligus mengembalikan dominasi mereka di Italia dan Eropa.
Editor: Reynaldi Hermawan
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku