Cerita Aremania saat Detik-detik Tragedi Kanjuruhan: Lampu Dimatikan, Gas Air Mata Ditembakkan ke Tribun
Situasi yang kian tak kondusif membuat Sanjoko mengumpulkan Aremania dari wilayah Korwil Bantur agar segera mengemasi bendera, termasuk juga Aremanita untuk segera mencari jalan keluar karena dikhawatirkan situasi semakin memburuk. Belum sempat gerbang darurat dibuka, tembakan gas air mata sudah dilepaskan oleh petugas keamanan ke arah tribun.
"Saat tembakan gas air mata itu kami bisa lolos dan keluar. Setelah itu, kami tidak tahu secara jelas lagi bagaimana kejadian di dalam," jelasnya.
Dia menyayangkan adanya tembakan gas air mata ke arah tribun penonton. Sementara lampu stadion juga mulai dimatikan dengan kondisi tribun masih dipenuhi suporter. Hal itu justru menimbulkan kepanikan dan banyak dari Aremania yang akhirnya terjebak ditengah kepulan asap gas air mata.
"Kalau yang masuk ke lapangan mungkin masih bisa kami terima karena mereka memang melanggar batas area. Tetapi kenapa yang di tribun juga ditembak gas air mata. Kami cinta Arema dan Kanjuruhan, tetapi dalam situasi ini malah seperti dijebak di dalam kurungan karena saat gas air mata ditembakkan pintu keluar belum dibuka. Meskipun setelah itu terbuka, namun dalam situasi kacau menjadi masalah sendiri," katanya.
Situasi saat itu sangat kacau, ada Aremania yang berusaha menyerang petugas juga berhasil. Dia berharap perseteruan antarsuporter segera selesai dan tercipta perdamaian.
"Saya sampaikan kalau terus terprovokasi mau seperti apa. Kami selalu menyuarakan perdamaian dengan siapapun, termasuk suporter tim rival," tuturnya.
Editor: Ibnu Hariyanto