Drawing Piala Dunia Berantakan Total hingga Diulang, Bikin FIFA Kelabakan! Begini Kisahnya
Menjelang Piala Dunia Spanyol 1982, FIFA memperluas format peserta dari 16 menjadi 24 tim. Alih-alih memakai cara lama berupa “nama dalam topi”, FIFA mencoba sistem baru: kandang mekanis berisi bola-bola kecil yang seharusnya memudahkan proses.
Secara teori, sistemnya sederhana: kandang diputar, bola jatuh, anak-anak sekolah memungutnya, lalu bola diserahkan kepada ofisial FIFA.
Namun kenyataannya, semua berjalan kacau.
Kandang mekanis tak mau terbuka. Begitu berhasil dibuka, seorang ofisial bahkan tak bisa membuka bola berisi nama negara. Kekacauan memuncak saat Skotlandia awalnya ditempatkan di grup Argentina—sebelum Sepp Blatter menyadari ada kesalahan fatal. Undian pun diulang, dan seluruh bola dimasukkan kembali ke kandang.
Sayangnya, kesalahan berikutnya langsung menyusul. Belgia, yang seharusnya masuk grup Italia, justru terseret ke grup Argentina. Situasi makin runyam karena Argentina tidak boleh satu grup dengan Inggris akibat ketegangan politik Perang Falklands.
Pada pengundian ulang berikutnya, Skotlandia dipindahkan ke grup Brasil. Namun terjadi error lagi: panitia tidak diberi instruksi bahwa negara-negara Amerika Selatan tidak boleh saling bertemu di grup awal. Akibatnya, Chile dan Peru malah masuk pot yang salah.
Ketegangan memuncak ketika seorang anggota FIFA memarahi anak sekolah yang membantu proses pengundian, sementara sejumlah bola pecah dan memperlihatkan nama negara di dalamnya—menambah drama dan kekacauan.
Meski undiannya amburadul, Piala Dunia 1982 tetap berjalan, dan Italia akhirnya keluar sebagai juara setelah menundukkan Jerman Barat 3-1 di final Madrid.
Editor: Reynaldi Hermawan