Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Diego Maradona Vs Pele, Siapa Pemain Terbaik Abad 20?
Advertisement . Scroll to see content

Mengenang ‘Si Kancil’ Abdul Kadir, Legendaris Sepak Bola Indonesia

Rabu, 27 Desember 2017 - 18:09:00 WIB
Mengenang ‘Si Kancil’ Abdul  Kadir, Legendaris Sepak Bola Indonesia
Advertisement . Scroll to see content

SIAPA bilang Indonesia tak bisa melahirkan pesepak bola andal yang diakui dunia? Tenggelamnya prestasi tim nasional senior Indonesia sejak terakhir meraih medali emas SEA Games 1991 membuat kita lupa bahwa dahulu negara ini pernah memiliki seniman-seniman lapangan hijau yang dihormati di level internasional.

Salah satunya adalah Abdul Kadir. Tepat hari ini pada 69 tahun yang lalu, legendaris sepak bola Indonesia ini lahir di Denpasar, Bali, pada 1948. Dia merupakan pemain sayap kiri yang meniti karier bersama Persebaya Surabaya dan menjadi ikon tim Garuda pada periode 1965-1979.

Empat pelatih mulai Tony Pogacnik asal Yugoslavia, Endang Witarsa, Djamiat Dhalhar, sampai Nakhoda asal Belanda Wiel Coerver pernah menanganinya di timnas. Dia mulai mendapat undangan untuk melakoni debutnya membela negara di usia yang masih sangat muda, 16 tahun, pada Ganefo -cikal bakal Asian Games- di Pyong Yang, pada 1964.

Tubuhnya yang kecil tak membuatnya minder. Justru, dia menjawabnya dengan kelincahannya mengolah si kulit bundar di lapangan. Saking lincahnya dia dijuluki Si Kancil. Bersama  Soetjipto Soentoro, Max Timisela, Iswadi Idris, dan Jacob Sihasale, dia terpilih sebagai pemain Asia All Stars pada tahun 1966-1970. Mereka dinobatkan sebagai kuartet tercepat di Asia pada saat itu.

Bahkan, Presiden Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Sir Stanley Rous menyebut Abdul Kadir termasuk pemain yang sudah berkelas dunia. Bukan itu saja, saat Pele datang ke Jakarta untuk bermain di Stadion Dtama Senayan bersama klub Santos, Juni 1972, sesudah laga legendaris Brasil itu diundang ke TVRI, pemain timnas yang diminta mendampinginya adalah Abdul Kadir.

Dia pernah membela tim Garuda di sejumlah ajang, seperti Kualifikasi Olimpiade Munich 1972. Pada laga awal, Indonesia menang telak 4-0 kontra India, Abdul Kadir menyumbang satu gol dan satu assist. Di laga kedua, Indonesia juga menang 4-2 atas Thailand. Sayang di laga penentu kita kalah 0-1 dari Israel sehingga gagal melaju.

Pada 19 April 1974, pesona Abdul Kadir juga terpancar saat Indonesia menjajal Uruguay pada uji coba di Jakarta. Negara Amerika Selatan itu menggunakan laga tersebut sebagai pemanasan sebelum tampil di Piala Dunia 1974.

Hebatnya, tim Garuda yang saat itu ditukangi Aang Witarsa mampu menjinakkan Uruguay 2-1 melalui gol Anjas Asmara pada menit ke-30 dan Abdul Kadir (89). Enggan pulang dengan rasa malu, Uruguay meminta tanding ulang dua hari kemudian, dan akhirnya mampu membalas dengan kemenangan 3-2.

Selama memperkuat timnas, Abdul Kadir berhasil membawa Indonesia meraih sederet prestasi, seperti juara Piala Raja 1968, Merdeka Games 1969, dan Pesta Sukan Singapura 1972.

Sebagai pelatih, kariernya pun cukup mentereng. Dia pernah membawa Krama Yudha Tiga Berlian finis di peringkat 3 Piala Champion Asia 1986, prestasi yang belum pernah dilampaui pelatih lainnya di Indonesia.

Dia juga pernah dipercaya menangani timnas Indonesia bersama dua rekan seangkatannya, M. Basri dan Iswadi Idris. Trio "Basiska" -julukan mereka- saat  bertanggung jawab di penyisihan Piala Dunia 1990. Sayang kolaborasi mereka gagal.

Sampai akhirnya, ketangguhannya di lapangan tak membuatnya mampu menaklukkan penyakit yang menggerogotinya karena gagal ginjal. Penyakit itulah yang membuatnya berpulang ke Yang Maha Kuasa pada 4 April 2003 di Jakarta. Dia meninggalkan seorang istri dan empat anak serta seorang cucu.

Editor: Abdul Haris

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut