Ricuh Suporter PSIM Yogyakarta vs Persib, Erick Thohir Ultimatum I.League dan Klub
JAKARTA, iNews.id – Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengultimatum I.League dan klub soal kericuhan suporter usai laga PSIM Yogyakarta vs Persib Bandung, Minggu (24/8/2025). Dia menegaskan, pihak-pihak tersebut harus bertanggung jawab penuh agar kejadian serupa tak terulang.
Kericuhan tersebut terjadi setelah laga pekan ketiga Super League 2025-2026 di Yogyakarta. Bentrokan dua kelompok suporter pecah di kawasan Malioboro dan berakhir dengan satu bus rusak parah serta 15 orang mengalami luka-luka. Peristiwa ini kembali mencoreng citra sepak bola nasional yang sedang berupaya membangun kepercayaan publik.
Erick menegaskan, posisi PSSI bukan sebagai eksekutor, melainkan pengawas terhadap jalannya kompetisi. Menurutnya, federasi sudah menyerahkan tanggung jawab pengelolaan kompetisi sepenuhnya kepada I.League dan klub-klub peserta. Dia menilai operator liga tidak boleh lepas tangan karena keselamatan penonton dan suporter menjadi prioritas utama sepak bola Indonesia.
“Tanya ke Liga, kan kita dari PSSI sudah menyerahkan secara penuh tanggung jawab ke Liga (I.League) dan klub. Dan kami akan monitoring langkah-langkah apa yang dilakukan oleh Liga, yang pasti kami berposisi sejak awal bahwa kita ingin menyelamatkan sepak bola Indonesia, ingin memastikan supporter pulang ke rumah dengan selamat,” kata Erick di Jakarta pada Senin (25/8/2025).
Lebih lanjut, dia menegaskan agar operator liga segera mengambil tindakan nyata. Bukan hanya operator, klub-klub juga harus memiliki sistem pengawasan yang ketat terhadap suporternya.
“Nah, jadi Liga harus bertanggung jawab, klub-klub harus bertanggung jawab. Dan ini sudah berkali-kali kami ingatkan, bahkan kita sudah punya komite supporter yang terus coba kerja sama,” tambah Erick.
Sebagai contoh, Erick menyoroti langkah Persija Jakarta saat menghadapi Malut United di Jakarta International Stadium (JIS) belum lama ini. Menurutnya, manajemen Macan Kemayoran mampu melakukan pengendalian internal terhadap suporter sehingga potensi konflik bisa dicegah sejak dini.
“Saya apresiasi kemarin dari Persija, melakukan self-control dengan suporternya, saya apresiasi. Saya berharap ya klub-klub di seluruh Indonesia mesti ada tadi kerjasama yang baik dengan suporternya,” ujarnya.
Namun, Erick juga mengingatkan I.League agar menyusun kebijakan tegas dan jelas. Jika kebijakan operator tidak efektif, PSSI siap turun tangan dengan langkah intervensi.
“Liga juga harus punya policy yang benar-benar keras dan sesuai dengan pembicaraan dengan PSSI, kan kita sudah warning. Bahkan dari FIFA sudah me-warning. Cuma ya itu yang kita bilang makanya kita keras dan saya akan intervensi Liga percaya saya,” tegasnya.
Dia menambahkan, PSSI tidak segan melakukan intervensi seperti yang pernah dilakukan pada penggunaan VAR di Liga 1 dan Liga 2 maupun perbaikan kinerja wasit.
“Ya kalau saya udah keras saya keras seperti PSSI mengintervensi Liga ketika VAR Liga 1 Liga 2 berhasil kita juga intervensi perwasitan dan terbukti perwasitan membaik ya tetapi kalau operasionalnya Liga harus bertanggung jawab gitu,” pungkas Erick.
Pernyataan Erick ini menegaskan pentingnya tanggung jawab bersama antara operator, klub, dan suporter. Tanpa langkah nyata, kericuhan akan terus berulang dan menghambat perkembangan sepak bola Indonesia yang tengah berusaha meraih kepercayaan publik dan dunia internasional.
Editor: Abdul Haris