Persiapan skuad Garuda Muda sejauh ini berjalan cukup baik. Pemain-pemain seperti Cahya Supriadi, yang menjadi pilar penting di lini belakang, tampak antusias dan fokus menjalani latihan intensif. Namun, dengan pendekatan Vanenburg yang terbuka, tidak ada satu pun pemain yang bisa bersantai atau merasa aman di posisi mereka.
Debut Panas di SUGBK! Vanenburg Tantang Pemain Timnas Indonesia U-23
Pada edisi 2019, Timnas Indonesia U-23 terakhir kali meraih gelar juara setelah mengalahkan Thailand 2-1 di partai final. Keberhasilan itu menjadi motivasi tambahan bagi skuad saat ini untuk mengulang sejarah, terlebih kini bermain sebagai tuan rumah yang didukung penuh oleh publik Tanah Air.
Kebijakan “tanpa pemain inti permanen” juga membuka peluang besar bagi pemain-pemain muda potensial untuk unjuk gigi. Mereka tak hanya menjadi pelengkap, tapi bisa menjadi penentu dalam perjalanan Indonesia menuju tangga juara. Hal ini sejalan dengan filosofi Vanenburg yang ingin membangun tim berbasis kompetisi dan meritokrasi.
Timnas Indonesia U-23 Dituntut Main Simpel dan Cerdas di Piala AFF U-23 2025
Di sisi lain, sistem seperti ini bisa memunculkan “kejutan positif” dalam starting line-up. Nama-nama yang mungkin belum begitu dikenal publik bisa saja mencuri perhatian jika mampu menunjukkan performa gemilang saat latihan atau laga uji coba.
Tentu, keputusan seperti ini juga berisiko. Minimnya pemain inti yang pasti bisa memunculkan ketidakpastian. Namun jika dikelola dengan baik, pendekatan ini bisa memperkuat kedalaman tim dan membuat semua pemain merasa memiliki peran penting.
Jelang kickoff melawan Brunei, publik menantikan siapa yang akan dipercaya Vanenburg sebagai starter. Yang jelas, bukan nama besar yang menentukan, tapi siapa yang paling siap secara fisik, taktik, dan mental. Dan inilah cerminan semangat baru Timnas U-23: semua punya kesempatan, tak ada yang otomatis jadi bintang.
Editor: Abdul Haris
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku