Akses ChatGPT Terancam Diputus Komdigi, Ini Penyebabnya!
JAKARTA, iNews.id - Ramai dibahas di media sosial soal ChatGPT terancam diputus aksesnya oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi). Fakta di balik informasi itu wajib diketahui di sini.
Komdigi secara konsisten berupaya untuk memastikan ruang digital di Indonesia aman. Karenanya, pendaftaran Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) diperlukan.
Menurut laporan Komdigi terbaru, ada 25 PSE Lingkup Privasi yang belum memenuhi kewajiban pendaftaran PSE. Ke-23 PSE itu beroperasi dan menargetkan pengguna Indonesia, karena itu perlu mengikuti aturan Komdigi.
"Pendaftaran PSE tidak hanya bersifat administratif, tetapi merupakan instrumen penting untuk memastikan kedaulatan digital Indonesia, serta melindungi masyarakat di dalam ekosistem digital yang sehat dan bertanggung jawab," kata Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Komdigi Alexander Sabar di Jakarta dalam keterangan resminya, dikutip Rabu (19/11/2025).
Komdigi menegaskan bahwa kewajiban pendaftaran PSE telah diatur dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 5 Tahun 2020 tentang Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Privat (PM Kominfo 5/2020). Pasal 2 dan Pasal 4 regulasi tersebut secara tegas mewajibkan setiap PSE Lingkup Privat (baik domestik maupun asing) untuk mendaftarkan sistem elektroniknya sebelum beroperasi.
Pemerintah telah melakukan sosialisasi sejak regulasi ini diterbitkan, namun proses penegakan dilakukan secara bertahap bagi PSE yang tetap abai.
"Jika tetap tidak melakukan pendaftaran setelah notifikasi dikirimkan, sanksi administratif hingga pemutusan akses dapat diterapkan sesuai peraturan yang berlaku," lanjut Dirjen Alexander.
Nah, ChatGPT ternyata masuk dalam daftar 25 PSE yang belum memenuhi kewajiban pendaftaran PSE. Selain ChatGPT, ada juga Getty Images, Cloudflare, hingga Duolingo. Berikut daftar lengkapnya.
Komdigi memberikan kesempatan kepada seluruh PSE yang menerima notifikasi untuk segera menindaklanjuti dan menyelesaikan proses pendaftaran. Langkah ini menjadi bagian dari upaya memastikan ekosistem digital Indonesia yang aman, tertib, dan akuntabel.
Sejak regulasi ini diundangkan, Komdigi telah mengedepankan pendekatan persuasif dan sosialisasi masif, namun penegakan tetap dilakukan secara bertahap terhadap entitas yang tidak patuh.
"Kami selalu terbuka untuk berdialog dan membantu proses teknis pendaftaran. Namun ruang digital Indonesia harus tunduk pada hukum Indonesia. Kepatuhan adalah syarat utama bagi seluruh platform yang ingin beroperasi dan melayani masyarakat,” tegas Dirjen Alexander.
PSE yang tidak mengindahkan pemberitahuan dan tidak melakukan pendaftaran dapat dikenakan sanksi administratif sesuai peraturan dan hukum yang berlaku, termasuk pemutusan akses layanan sebagaimana diatur dalam Pasal 7 PM Kominfo 5/2020.
Kementerian Komdigi mengimbau kepada seluruh PSE Lingkup Privat yang masuk dalam kategori wajib daftar untuk segera mematuhi ketentuan hukum Indonesia dengan melakukan pendaftaran melalui sistem Online Single Submission (OSS).
Editor: Muhammad Sukardi