Elon Musk Klaim Microsoft Melatih AI Secara Ilegal Menggunakan Data Twitter
JAKARTA, iNews.id - Elon Musk telah memilih perusahaan teknologi besar untuk berperang yakni Microsoft. Bos SpaceX dan Tesla itu menuduh Microsoft menggunakan data Twitter untuk melatih kecerdasan buatan (AI).
Microsoft telah mengumumkan akan menghentikan dukungan untuk Twitter sebagai bagian dari platform periklanannya. Menurut artikel dukungan di website perusahaan, mulai 25 April 2023, Smart Campaigns with Multi-Platform tidak lagi mendukung Twitter.
Perusahaan mengatakan mulai 25 April, pengguna tidak lagi bisa mengakses fitur-fitur sebagai berikut, sebagaimana dikutip dari BGR.
1. Akses akun Twitter Anda melalui alat manajemen sosial kami
2. Buat dan kelola draf atau Tweet
3. Lihat Tweet dan interaksi sebelumnya
4. Jadwalkan Tweet
Microsoft kemungkinan membuat perubahan ini karena Twitter mulai menagih perusahaan untuk penggunaan API. Ini semakin jelas karena perusahaan mengatakan "saluran media sosial lainnya seperti Facebook, Instagram, dan LinkedIn akan terus tersedia."
They trained illegally using Twitter data. Lawsuit time.
— Elon Musk (@elonmusk) April 19, 2023
Elon Musk tampaknya tidak menerima berita itu dengan baik. Menanggapi pengumuman tersebut, Musk tiba-tiba menuduh Microsoft melatih produk AI-nya di data Twitter secara ilegal. CEO Twitter bahkan, mengancam perusahaan dengan tindakan hukum.
Saat ini tidak jelas produk AI apa yang Musk tuduhkan ke Microsoft, di mana menggunakan data Twitter untuk melatih secara ilegal. Tapi, Musk bukan satu-satunya perusahaan yang mulai melawan perusahaan yang menggunakan data untuk melatih produk kecerdasan buatan.
Seperti dilansir Business Insider, Reddit juga menuntut perusahaan yang ingin menggunakan datanya harus membayar untuk akses. Sayangnya tidak diketahui apakah tindakan Microsoft itu ilegal, dan apakah langkah tiba-tiba Musk mengklaimnya sebagai tindakan yang sah, tapi gagasan perusahaan AI harus memberi kompensasi kepada orang lain karena menggunakan data mereka untuk pelatihan bukanlah permintaan yang tidak masuk akal.
Editor: Dini Listiyani