Facebook Terbelit Skandal, WhatsApp Jamin Data Penggunanya Aman
MENLO PARK, iNews.id - Facebook saat ini terlibat dalam skandal yang mengekspos 87 juta data pengguna di seluruh dunia. Seolah tak ingin terseret masalah itu, WhatsApp, yang notabene merupakan milik Facebook menjamin data pengguna aplikasi aman.
WhatsApp ingin para penggunanya mengetahui, data mereka di lintas platform freeware dan layanan pesan Voice over IP aman dan dijaga kerahasiannya. Pernyatan perusahaan itu muncul di tengah kontroversi yang dihadapi Facebook karena skandal data Cambridge Analytica.
WhatsApp mem-posting FAQ di situs web WhatsApp for Business pada Rabu lalu untuk menegaskan kembali enkripsi end-to-end pesan dan panggilan yang dibuat dari aplikasinya.
"Kami peduli tentang privasi Anda. Semua pesan dan panggilan WhatsApp dijamin dengan enkripsi end-to-end. Ini memastikan, hanya Anda dan orang yang Anda ajak berkomunikasi yang bisa membaca pesan Anda atau mendengar panggilan Anda, dan tidak ada orang di antaranya, bahkan WhatsApp," tulis perusahaan perpesanan tersebut yang dikutip dari IBTimes, Kamis (12/4/2018).
WhatsApp kemudian menjelaskan keterbatasan perlindungan yang diberikannya pada pesan pengguna. "Dalam semua kasus, WhatsApp akan mengirimkan pesan untuk business enkripsi end-to-end. Namun, penting untuk diingat, saat Anda menghubungi business, beberapa orang dalam business itu mungkin melihat pesan Anda," kata WhatsApp.
"Selain itu, beberapa business yang menggunakan solusi perusahaan kami bisa mempekerjakan perusahaan lain untuk mengelola komunikasi mereka, misalnya untuk menyimpan, membaca, atau menanggapi pesan Anda. Business yang Anda ajak berkomunikasi memiliki tanggung jawab untuk memastikan, ia menangani pesan Anda sesuai dengan kebijakan privasinya," tambahnya.
Sekadar informasi, WhatsApp merupakan layanan yang dimiliki oleh Facebook. Perusahaan Mark Zuckerberg itu membeli jejaring perpesanan pada 2014 dengan mahar USD19 miliar. Meski begitu, WhatsApp terus berjalan secara independen.
Pernyataan WhatsApp ini muncul beberapa minggu setelah salah satu pendiri perusahaan, Brian Acton mendorong pengguna untuk menghapus Facebook. Acton tidak menjelaskan pernyataannya tapi gerakan itu terjadi di tengah skandal Cambridge Analytica yang terus mengganggu Facebook karena beratnya pelanggaran data yang melibatkannya.
Editor: Dini Listiyani