Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Pemuda Minahasa WFT Diragukan sebagai Bjorka Asli, Polisi Buka Suara
Advertisement . Scroll to see content

Serangan Siber Meningkat di 2020, Malware dan Trojan Paling Banyak Ditemukan

Kamis, 04 Maret 2021 - 10:55:00 WIB
 Serangan Siber Meningkat di 2020, Malware dan Trojan Paling Banyak Ditemukan
Serangan Siber Meningkat di 2020, Malware dan Trojan Paling Banyak Ditemukan (Foto: Unsplash)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Kejahatan siber terus merajalela di internet. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mendeteksi adanya peningkatan serangan siber di tahun 2020. 

Peningkatan serangan siber di 2020 juga sejalan dengan peningkatan aktivitas internet yang semakin tinggi dimasa pandemi virus Corona (COVID-19). 

"Tantangan di tahun 2020 sama-sama kita ketahui bahwa selain peningkatan internet, kita juga dipaksa beralih untuk bekerja dan belajar dari rumah, serta belanja dari rumah. Itu menjadi tantangan tersendiri," kata Adi Nugroho selaku Plt. Kepala Pusat Operasi Keamanan Siber Nasional (Pusopskamsinas) BSSN dalam Webinar Publikasi Hasil Monitoring Keamanan Siber Tahun 2020 di YouTube.


Adi menambahkan, anomali trafik yang dideteksi oleh pihaknya menunjukkan hasil yang mencengangkan. Di mana serangan siber meningkat hingga dua kali lipat dibandingkan tahun 2019 yakni mencapai angka 495.337.202. Adapun beberapa serangan siber yang paling sering ditemukan yakni malware dan trojan.


"Kalau kita melihat 495 juga tadi 45 persen berkaitan dengan malware activity, kemudian 37 persen trojan activity. Trojan ini merupakan kejahatan khusus yang dirancang untuk menargetkan seseorang, seperti pencurian data dan lainnya," ujar Adi

"Sementara itu 9 persen  kita melihat adanya information leak adanya kerentanan seperti open directory listing open configuration, dan unssecure connection," tuturnya.


Tak hanya sampai disitu, Adi pun mengungkapkan bahwa kasus kebocoran data juga meningkat di masa pandemi sekarang ini. Para peretas banyak menargetkan data pribadi pengguna internet. 


"Jenis data yang bocor yang paling dominan justru sektor  pemerintah. Mungkin pegawai pemerintah menggunakan perangkat komputer pribadi di rumah di mana mungkin tidak dibekali anti virus dan anti malware. Kemudian data kredensialnya yang dicuri," katanya


Selain itu, aktivitas transaksi keuangan juga menjadi target peretas lainnya. Selain itu,ada juga serangan siber lainnya yang meningkat sepanjang 2020 yakni peretasan virus, email pishing, dan aktivitas malicious dengan tema COVID-19.


Adi pun menilai hal tersebut menjadi pekerjaan rumah pemerintah dan penyelenggara layanan informasi untuk dapat meningkatkan keamanan di masa seperti sekarang ini.

Editor: Dini Listiyani

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut