Setelah Penembakan Masjid Selandia Baru, Facebook Batasi Live Video
MENLO PARK, iNews.id - Facebook berencana akan membatasi pengguna yang bisa melakukan stream live video. Keputusan tersebut dipertimbangkan setelah aksi pria yang menembak dua masjid di Selandia Baru.
Chief Operation Officer (COO) Facebook Sheryl Sandberg dalam sebuah unggahan blog mengutarakan, raksasa jejaring sosial sedang mengeksplorasi pembatasan siapa yang bisa melakukan Live tergantung pada faktor-faktor seperti pelanggaran Community Standard sebelumnya.
Facebook, yang memiliki peraturan larangan teroris menggunakan platform-nya tengah menghadapi tekanan untuk memerangi kebencian. Fitur live video di masa lalu telah digunakan untuk menyiarkan kasus bunuh diri, pembunuhan, dan kekerasan.
Melansir Cnet, Sabtu (30/3/2019), sisi gelap live video kembali menjadi sorotan setelah kejadian 15 Maret lalu, di mana seorang pria menewaskan 50 orang di dua masjid di Selandia Baru. Raksasa jejaring sosial menarik video penembakan yang telah diunggah pria bersenjata itu.
Tapi, video sudah terlanjur menyebar ke situs media sosial dan pesan lainnya. Facebook, kata Sandberg, menemukan lebih dari 900 video berbeda yang menunjukkan bagian serangan.
Facebook telah berusaha meningkatkan teknologinya untuk menandai video dan gambar versi edit yang menggambarkan kekerasan dan mencegah pengguna membagikannya kembali. Facebook, yang mengandalkan 2,3 miliar penggunanya untuk menandai konten kekerasan, juga mengubah proses review-nya untuk merespons video lebih cepat.
"Ketika video serangan Selandia Baru dibagikan secara langsung, kami tahu video menyebar terutama melalui orang-orang yang membagikan ulang dan mengeditnya kembali untuk membuat sistem kami lebih sulit memblokirnya," kata Sandberg.
Facebook juga telah mengambil langkah lain untuk memerangi kebencian. Pekan lalu, Facebook mengumumkan mereka melarang konten nasionalis putih dan separatis dari platform-nya.
Editor: Dini Listiyani