Ilmuwan Gunakan Alat Khusus untuk Mengukur Kecerahan Bulan
CALIFORNIA, iNews.id - Para ilmuwan telah meluncurkan proyek baru yang ditujukan untuk menghitung kecerahan Bulan. Proyek hasil kolaborasi dengan NASA mencakup pesawat terbang high-altitude dengan instrumen khusus.
Para ilmuwan masih belum yakin terkait seberapa banyak cahaya yang dapat dipancarkan Bulan. Saat ini, perhitungan mengenai kecerahan satelit alami Bumi masih mati sekitar 5 persen.
Masalah ini disebabkan oleh kabut di atmosfer Bumi, yang dapat memengaruhi pengamatan teleskop berbasis di Bumi. Adapun satelit, instrumen ini masih tidak dapat memberikan pengukuran akurat dari kecerahan Bulan karena kondisi luar angkasa dapat menyebabkan sensor mereka memburuk seiring waktu.
Sebagai solusinya, tim ilmuwan telah mengembangkan alat baru yang dikenal sebagai Airborne Lunar Spectral Irradiance Instrument (air-LUSI) dengan dana dari NASA. Bulan lalu, instrumen ini diluncurkan di pesawat ER-2 untuk mengamati Bulan dari atas awan.
Dari 13-17 November, pesawat ER-2 terbang sekitar 70.000 kaki di atas tanah untuk memungkinkan air-LUSI menatap Bulan, memeriksa seberapa terang sebenarnya satelit alami itu.
Menurut Kevin Turpie dari University of Maryland, terbang di ketinggian ini menghindari masalah umum yang dialami oleh satelit di Bumi. Selain itu, terbang tinggi juga akan memberikan tampilan terbaik Bulan tanpa terpengaruh oleh kondisi luar angkasa.
"Ketika kita di sana, suasananya tidak menjadi masalah. Semakin dekat untuk melihat Bulan seperti yang Anda lakukan dari luar angkasa," kata Kevin yang dikutip dari IBTimes, Selasa (9/12/2019).
Turpie mencatat, melalui air-LUSI dia dan timnya akan dapat mengurangi ketidakpastian dalam pengukuran kecerahan Bulan menjadi 1 persen. Dengan informasi ini, satelit pengamat Bumi yang mengandalkan Bulan untuk mengkalibrasi sensor mereka akan memberikan data yang akurat mengenai berbagai faktor seperti algal blooms, cuaca, dan kesehatan tanaman.
Saat ini, tim air-LUSI masih menganalisis hasil yang dikumpulkan oleh instrumen. Temuan mereka kemungkinan besar akan disajukan dalam studi dalam waktu dekat.
Editor: Dini Listiyani