Kisah Rosalind Franklin, Perempuan Jenius Berperan Penting Dalam Penemuan Struktur DNA

JAKARTA, iNews.id - Rosalind Franklin mempunyai peran penting dalam penemuan DNA. Siapa sebenarnya dia? Yuk ketahui kisah Rosalind Franklin.
Franklin adalah ilmuwan perempuan yang menemukan struktur heliks ganda DNA pada 1950-an. Pemilik nama panjang Rosalind Elsie Franklin lahir di London pada 25 Juli 1920.
Dia berasal dari keluarga yang sangat menjunjung tinggi pendidikan. Bayangkan saja sejak usia 15 tahun, Franklin sudah sangat ingin menjadi ilmuwan.
Sebagaimana dikutip dari Nature, pada saat usianya 18 tahun, tepatnya pada 1938, Franklin mendaftar di Newnham Woman's College di Universitas Cambridge. Dia belajar banyak soal kimia dan fisika di tempat ini.
Setelah lulus dari Cambridge pada 1941, dia bekerja untuk British Coal Utilization Research Association pada masa Perang Dunia II. Franklin berperan besar dalam melakukan penelitian fisik kimia karbon dan porositas batu bara dalam upaya perang.
Dia sekaligus menggunakan hasil penelitiannya untuk tugas akhir tesis doktoralnya. Franklin mendapatkan gelar Ph.D dari Cambridge tahun 1945. Dikutip dari Biography, pada 1946 Franklin kemudian pindah ke Paris.
Pada saat itu dia bekerja bersama seorang ahli kristalografi bernama Jacques Mering di Laboratorium Kimia Negara di Paris.Franklin belajar banyak tentang difraksi sinar-X, sebuah ilmu yang punya peran besar dalam penemuan Franklin soal struktur DNA.
Lanjut ke tahun 1951, Franklin kemudian bekerja sebagai peneliti di King's College London pada unit biofisika. Kala itu Direktur John Randall menggunakan keahliannya dan teknik difraksi sinar-X pada serat DNA.
Sementara itu, Franklin bersama muridnya Raymond Gosling membuat suatu penemuan yang menakjubkan. Mereka mengambil gambar DNA dan menemukan dua bentuk, yaitu bentuk A kering dan B basah.
Salah satu gambar difraksi sinar-X dari DNA bentuk B, yang dikenal sebagai Foto 51, menjadi bukti penting dalam mengidentifikasi struktur DNA. Foto itu diperoleh melalui 100 jam paparan sinar-X dari mesin yang disempurnakan Franklin sendiri.
Sayangnya, rekan Franklin, Maurice Wilkins mengungkapkan Foto 51 tersebut kepada peneliti lainnya bernama James Watson dan Francis Crick di Cambridge. Hal ini dilakukan Wilkins tanpa seizin dari Franklin.
Alhasil, Watson dan Crick menggunakan apa yang mereka lihat di Foto 51 menjadi dasar model DNA mereka dan diterbitkan pada 7 Maret 1953. Oleh karena itulah mereka kemudian menerima Penghargaan Nobel pada 1962.
Franklin sendiri meninggalkan King's College pada Maret 1953 dan pindah ke Birkbeck College. Dia mempelajari struktur virus mosaik tembakau dan struktur RNA. Franklin juga fokus kembali pada studi batu bara yang pernah dia lakukan sebelumnya.
Sejak tahun 1956 Franklin diketahui menderita kanker ovarium. Dia meninggal dunia 16 April 1958 pada usia 37 tahun. Franklin tetap dikenang sebagai salah satu perempuan genius yang memberi pengaruh besar dalam sains dunia.
Editor: Dini Listiyani