Lander Bulan AS Malfungsi Usai Diluncurkan, Ini Biang Keroknya
JAKARTA, iNews.id - Misi untuk mendaratkan lander pribadi AS di Bulan tampaknya akan berakhir sebelum sempat dimulai. Awalnya misi berjalan dengan baik hingga akhirnya gagal.
Peregrine, yang bertengger di atas Vulcan Centaur milik United Launch Alliance meluncur ke luar angkasa dari Cape Canaveral, Florida, pada Senin dini hari. Hampir seketika, pesawat luar angkasa tersebut menjalin hubungan dengan Deep Space Network milik NASA.
Sistem avionik milik perusahaan beroperasi sesuai harapan, dengan pengontrol termal, propulsi, dan daya Peregrine menyala. Sekitar pukul 10:00 ET, Astrobotic menyatakan wahana tersebut telah memasuki “keadaan beroperasi penuh”.
Namun, dalam update yang sama, perusahaan berbasis di Pittsburgh mencatat telah terjadi anomali yang menghalangi Peregrine mencapai orientasi mengarah ke Matahari, sehingga menghambat wahana tersebut mengumpulkan tenaga surya untuk baterainya.
Dalam pembaruannya, Astrobotic menunjukkan dengan tepat penyebab anomali tersebut berasal dari sistem propulsi Peregrine, dan dengan tegas menyatakan “jika terbukti benar,” kesalahan tersebut akan mengancam kemampuan pesawat luar angkasa untuk mendarat di Bulan.
Saat baterai pesawat mendekati tingkat yang sangat rendah, dan sesaat sebelum Peregrine mengalami pemadaman komunikasi yang direncanakan, Astrobotic melakukan manuver untuk mengarahkan panel surya ke arah Matahari.
Setelah komunikasi terjalin kembali beberapa saat kemudian, perusahaan mengonfirmasi manuver tersebut berhasil, panel surya Peregrine mengarah ke Matahari, dan baterai sedang dalam proses pengisian daya.
Namun pembaruan keempat, diposting di X tepat setelah pukul 14.00. ET, kurang optimis, mengungkapkan keseriusan situasi. “Sayangnya, tampaknya kegagalan dalam sistem propulsi menyebabkan hilangnya propelan secara kritis,” kata Astrobotic di X.
Lebih lanjut Astrobotic menjelaskan, tim sedang berupaya mencoba dan menstabilkan kehilangan ini. Mengingat situasinya, mereka memprioritaskan memaksimalkan ilmu pengetahuan dan data.
"Kami sedang menilai profil misi alternatif apa yang mungkin layak dilakukan saat ini," tuturnya.
Editor: Dini Listiyani