Mengenal Hujan Meteor Lyrid, Fenomena yang Hiasi Langit Malam Ini
JAKARTA, iNews.id - Hujan meteor Lyrid selalu hadir setiap tahun di sekitar tanggal 16 hingga 25 April. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) juga mengungkapkan tahun ini puncaknya akan terjadi pada 22 dan 23 April.
“Hujan meteor ini berlangsung setiap tahun mulai tanggal 16-25 April. Puncak tahun ini terjadi pada malam hari tanggal 22 April dan pagi dini hari tanggal 23 April. Meteor ini dapat menghasilkan jejak debu cerah yang bertahan selama beberapa detik,” demikian pernyataan LAPAN di media sosial Instagram resminya.
Lyrids sendiri adalah meteor biasa yang dapat menghasilkan sekitar 20 meteor/jam pada saat puncak. Lyrids diproduksi oleh partikel debu yang ditinggalkan oleh komet C/1861 G1 (Thatcher), yang ditemukan pada tahun 1861.
“Bulan baru tanggal 23 April akan memberikan kondisi optimal untuk berburu hujan meteor Lyrid. Waktu terbaik untuk pengamatan mulai tengah malam sampai fajar,” tulis LAPAN lagi di keterangan fotonya.
Tampilan terbaik, akan berasal dari lokasi yang gelap setelah tengah malam. “Radiant hujan meteor ini adalah konstelasi Lyra, tetapi dapat muncul dimana saja di langit,” pungkasnya.
Sementara itu, melansir dari Earth Sky, Rabu (22/4/2020), hujan meteor Lyrid memunculkan 10 hingga 15 (atau lebih) meteor per jam pada puncaknya pada malam tanpa bulan.
Lyrids diketahui memiliki ledakan. Sebagai contoh, pada tahun 1982, pengamat Amerika melihat ledakan hampir 100 meteor Lyrid per jam. Kemudian pengamat Jepang melihat sekitar 100 meteor per jam pada tahun 1945, dan pengamat Yunani melihatnya pada tahun 1922.
Penampakan paling awal dari hujan meteor Lyrid adalah 2.700 tahun yang lalu. Fenomena tersebut juga merupakan hujan meteor tertua yang pernah diketahui.
Pada 687 SM, China kuno mengamati meteor dan mencatatnya dalam kronik Zuo Zhan kuno yang berbunyi, ‘Pada bulan ke-4 di musim panas di tahun xin-mao (tahun ke-7 Raja Zhuang dari Lu), pada malam hari, (langit begitu cerah sehingga beberapa bintang tetap menjadi tidak terlihat (karena hujan meteor) di tengah malam, bintang-bintang jatuh seperti hujan’.
Editor: Dini Listiyani