NASA Ungkap Penemuan Baru Asteroid Bennu, Partikel Pembentuk Bagian Luar Lebih Longgar dari Perkiraan
JAKARTA, iNews.id - Ilmuwan NASA telah membuat penemuan mencengangkan tentang Bennu, asteroid tempat pesawat luar angkasa OSIRIS-REx mengumpulkan sampel batu dan debu pada 2020. Apa itu penemuannya?
Badan Antariksa Amerika Serikat (AS) NASA mengatakan ternyata partikel yang membentuk bagian luar Bennu jauh lebih longgar dibanding yang diperkirakan. Bahkan, jika Anda berjalan di atasnya, hampir tidak akan ada perlawan, seolah-olah melangkah ke dalam lubang bola plastik yang merupakan area bermain populer untuk anak-anak.
NASA mengungkapkan penemuan pekan ini usai menganalisis data yang dikumpulkan selama pendaratan singkat pesawat luar angkasa di asteroid dua tahun lalu. Seperti yang ditunjukkan video, pesawat luar angkasa mendarat di asteroid sebelum menyebabkan ledakan untuk memungkinkannya mengumpulkan material.
9 detik setelah melakukan kontak, pesawat luar angkasa menembakkan pendorongnya untuk mendorongnya menjauh dari batu di bawah. Tapi, NASA mengatakan jika tidak melakukannya akan tenggelam ke Bennu.
Para ilmuwan pertama kali memahami Bennu mungkin memiliki permukaan yang terikat longgar ketika menyadari bagaimana pendaratan pesawat ruang angkasa yang relatif lembut menyebabkan sejumlah besar puing terbang ke atas.
"Yang lebih aneh lagi adalah pesawat ruang angkasa itu meninggalkan kawah besar dengan lebar 26 kaki (8 meter)," kata NASA sebagaimana dikutip dari Digital Trends.
Temuan mengejutkan itu diterbitkan pada 7 Juli di jurnal Science and Science Advances. “Hasil ini menambah intrik yang membuat para ilmuwan berada di ujung kursi mereka selama misi OSIRIS-REx, karena Bennu telah terbukti secara konsisten tidak dapat diprediksi,” kata NASA.
Memang, seperti yang dicatat oleh badan antariksa, Bennu menawarkan kejutan pertamanya ketika OSIRIS-REx tiba di asteroid pada 2018. Alih-alih menemukan permukaan yang menyerupai "pantai berpasir yang halus", yang disarankan oleh pengamatan teleskop dari Bumi dan luar angkasa, tim misi menemukan itu "dikotori dengan batu-batu besar."
Untuk mengetahui kepadatan permukaan asteroid, para ilmuwan menganalisis data akselerasi pesawat ruang angkasa dan gambar yang diambil selama proses pendaratan, dan kemudian menjalankan ratusan simulasi komputer hingga semua data cocok.
NASA mengatakan data itu dapat membantunya melakukan pengamatan jarak jauh yang lebih akurat tentang asteroid jauh, yang memungkinkannya membuat prediksi yang lebih baik jika ada yang ditemukan menuju ke arah kita.
Para ilmuwan percaya, misalnya, bahwa Bennu, yang mereka katakan “hampir tidak terikat oleh gravitasi atau gaya elektrostatik”, dapat pecah di atmosfer Bumi dan karenanya menghadirkan jenis bahaya yang berbeda dari asteroid padat.
“Saya pikir kita masih dalam tahap awal untuk memahami apa itu badan-badan ini, karena mereka berperilaku sangat berlawanan dengan intuisi,” kata ilmuwan OSIRIS-REx Patrick Michel.
OSIRIS-REx sedang dalam perjalanan kembali ke Bumi dan diperkirakan akan mengirimkan sampel asteroid Bennu pada September 2023. Para ilmuwan percaya Bennu terbentuk dalam 10 juta tahun pertama keberadaan tata surya kita.
Oleh karena itu, sampel dapat mengungkapkan lebih banyak tentang bagaimana hal itu terjadi, dan mungkin membuka beberapa misteri tentang asal usul kehidupan.
Editor: Dini Listiyani