Peneliti Temukan Ribuan Aplikasi Android Lacak Aktivitas Pengguna
CALIFORNIA, iNews.id - Aplikasi Android populer diduga memata-matai aktivitas smartphone dan berbagi data dengan pengiklan.
Menurut penelitian terbaru dari the International Computer Science Institute, sekitar 17.000 aplikasi Android diyakini melanggaran aturan Google soal jenis aktivitas pengguna yang bisa dilacak dan dibagikan dengan pialang data. Di antara aplikasi yang dideteksi, banyak yang populer.
Temuan ini meresahkan para ahli keamanan karena aplikasi bisa melacak pengguna melalui pengidentifikasi persisten yang tidak dapat dimatikan oleh pemilik perangkat. Banyak aplikasi melacak aktivitas smartphone pengguna, termasuk mana aplikasi yang mereka gunakan dan seberapa sering membukanya.
Data yang didapatkan kemudian dibagikan kepada pengiklan sehingga mereka bisa menampilkan iklan bertarget. Mereka bisa melakukan ini melalui advertising ID, yang ditetapkan untuk setiap smartphone yang bisa dibaca oleh aplikasi apa pun yang diinstal di perangkat.
Untungnya, pengguna bisa mereset ID iklan mereka sesering mungkin dengan menghapus cookie. Tapi, International Computer Science Institute menemukan aplikasi Android juga menghubungkan ID iklan pengguna dengan pengenal lain yang lebih permanen di perangkat mereka. ID ini termasuk alamat MAC perangkat, IMEI, dan Android ID yang tidak bisa diatur.
Saat aplikasi mengirimkan ID iklan dan hardware kepada pengiklan, Anda bisa mengatur ulang. Sebab, pengiklan masih bisa mengetahui itu Anda berdasarkan hardware ID.
Google merekomendasikan agar pengembang menghindari penggunaan pengidentifikasi hardware seperti ini saat mengumpulkan informasi tentang penggunanya. Raksasa mesin pencarian ini bertindak melarang pengembang menggabungkan ID iklan pengguna dan hardware untuk menargetkan iklan.
Tapi, beberapa aplikasi terus mengumpulkan ID iklan dan hardware pengguna. Tentu saja, praktik ini melanggar kebijakan Google.
"Dalam hal ini, mengirimkan pengidentifikasi yang tidak bisa diatur ulang bersama ID iklan benar-benar merusak properties ad ID," kata penulis utama studi Serge Egelman yang dikutip dari Daily Mail, Minggu (17/2/2019).
Egelman mengatakan dia telah menghubungi Google terkait temuan mereka pada September lalu. Sejak itu, Google mengatakan, mereka telah mengambil tindakan terhadap beberapa aplikasi yang telah diidentifikasi Egelman.
Editor: Dini Listiyani