Sampah Antariksa Menumpuk di Orbit, Ini Negara yang Paling Berkontribusi
CALIFORNIA, iNews.id - Sampah sekarang tidak hanya ada di Bumi, tapi juga luar angkasa. Sampah tersebut kini telah memenuhi orbit Bumi.
RS Components, distributor komponen elektronik, listrik, dan industri telah menyusun angka-angka terkait sampah antariksa. Mereka juga memilih negara-negara yang paling bertanggung jawab atas 30.000 keping space detritus yang mengorbit Bumi.
Dikutip dari Digital Trends, Senin (11/5/2020), mereka menemukan Rusia bertanggung jawab atas sekitar 14.403 sampah antariksa, sisa komponen pesawat ulang-alik, dan satelit yang tidak berfungsi. Diurutan kedua ada Amerika Serikat dengan 8.734 keping sampah antariksa.
Di bawahnya ada China dengan 4.688 keping, Prancis 994, dan India sebanyak 517 keping. Inggris hanya mempunyai satu keping sampah antariksa.
Sebelumnya ada empat tapi mereka telah membusuk. Para peneliti juga mengungkapkan jumlah sampah yang mengambang di luar angkasa lebih dari dua kali lipat selama beberapa tahun terakhir.
“Dari analisis kami, data baru ini menunjukkan pada kenyataannya ada lebih banyak sampah luar angkasa dibanding sebelumnya. Totalnya meningkat selama dua tahun 448 keping dari lima negara teratas saja. Kontribusi sampah antariksa Rusia dalam jumlah yang sangat tinggi, hampir 10.000 lebih banyak dari China dan lebih dari 6.000 Amerika Serikat. Menariknya, selama dua tahun, India telah mengalami peningkatan terbesar dengan 124 lebih banyak keping puing yang mengorbit Bumi,” kata juru bicara RS Components yang dikutip Digital Trends.
Meskipun beberapa sampah luar angkasa kehilangan ketinggian dan terbakar di atmosfer, sebagian besar tetap berada di orbit. Solusi yang mungkin untuk memusnahkannya ialah grippers yang terinspirasi dari gecko hingga proposal sistem yang melibatkan talcum powder dan laser.
Namun, untuk saat ini masalah hanya akan menjadi lebih buruk karena lebih banyak satelit diluncurkan ke luar angkasa. Sementara puing-puing luar angkasa yang ada terus berkembang saat potongan-potongan yang mengorbit bertabrakan. Oleh karena itu, beberapa ahli menginginkan hukuman yang lebih ketat untuk menangani dilemana ini.
Editor: Dini Listiyani