Semut Juga Bisa Hasilkan Madu, Rasanya Tak Semanis dari Lebah

JAKARTA, iNews.id - Sebagian orang mengetahui madu dihasilkan oleh lebah. Namun tahukah Anda semut ternyata juga bisa menghasilkan madu?

Bukan sembarang semut, jenis yang dapat menghasilkan madu bernama honeypot atau semut madu. Semut madu atau Camponotus inflatus adalah pekerja yang tugas utamanya melahap nektar hingga menyimpan madu, sebagaimana dikutip dari Oddity Central. 

Honeypot juga bertindak sebagai tempat penyimpanan hidup koloni saat makanan langka. Semut pekerja tersebut memberi makan nektar honeypot yang dikumpulkan dari berbagai tanaman sampai perutnya membesar dan terlihat siap meledak, lalu menumpahkan cairan kuning di dalamnya.

Selanjutnya, semut madu memuntahkan cairan manis tersebut setiap kali anggota koloni mereka membutuhkan makanan.  Spesies seperti Camponotus inflatus terus menerus memberi makan semut honeypot dengan embun madu dan nektar bunga.

Menariknya, saat perut semut madu menjadi sangat besar, mereka tidak bisa bergerak. Alhasil, mereka bergelantungan pada atap sarangnya hingga sesama semut membutuhka makanan. 

Sebagian besar spesies honeypot dapat ditemukan di daerah kering, gurung, atau semi kering di wilayah Amerika Serikat, Australia, Meksiko, dan benua Afrika. Di wilayah tersebut para semut sulit biasanya menemukan sumber makanan, sehingga produksi dan penyimpanan madu diyakini merupakan adaptasi untuk bertahan hidup di lingkungan yang keras tersebut.

Kendati demikian, semut madu dan lebih punya hasil yang berbeda. Menurut penelitian, meski kedua varietas tersebut terlihat sangat mirip, semut madu memiliki konsistensi kurang kental daripada lebah madu.

Madu yang dihasilkan semut rasanya manis, tapi tak semanis madu yang dihasilkan lebah. Selain itu madu yang dihasilkan semut juga memiliki rasa asam yang tidak dimiliki oleh madu dari lebah.

Perbedaan yang signifikan lainnya dari kedua jenis madu tersebut, yakni glukosa hadir dalam jumlah yang lebih tinggi dibanding fruktosa dalam madu semut. Sementara madu lebah kebalikannya. Namun, keduanya tetap tinggi oksidan.

Editor: Dini Listiyani