Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Turki Tambah Stok Pangan, Antisipasi Dampak Pemanasan Global dan Krisis Ukraina
Advertisement . Scroll to see content

Suhu di Kutub Selatan Memanas 1,8 Derajat Celsius Selama 30 Tahun

Sabtu, 04 Juli 2020 - 18:05:00 WIB
Suhu di Kutub Selatan Memanas 1,8 Derajat Celsius Selama 30 Tahun
Kutub Selatan (Foto: Unsplash)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Kutub Selatan mempunyai banyak lapisan es tebal. Namun, jumlah es di Kutub Selatan setiap tahun semakin menipis akibat pemanasan global.

Penelitian yang dipimpin profesor dari Universitas Ohio, Ryan Fogt, dan alumni kampus itu, Kyle Clem, mengungkapkan Kutub Selatan telah mengalami pemanasan global yang tidak biasa.

Pemanasan global luar biasa itu terjadi lebih dari tiga kali dalam waktu 30 tahun terakhir. Hasil penelitian mengatakan periode pemanasan ini lebih didorong oleh variabilitas iklim tropis alami. Namun, ada kemungkinan pemanasan yang terjadi akibat penambahan gas rumah kaca.

Saat ini, Clem belajar tentang ilmu iklim di Universitas Victoria Vellington di Selandia Baru. Dia adalah anak didik Fogt untuk mendapatkan gelar sarjana dan master di Universitas Ohio.

“Saya memiliki hasrat untuk memahami cuaca dan daya tarik kekuatan dan ketidakpastiannya sejauh yang saya ingat,” kata Clem, dikutip dari Sciencedaily.

Clem menceritakan pengalamannya, yaitu dia dapat mempelajari semua tentang Antartika dan iklim Belahan Selatan, selama bekerja dengan Fogt. Lebih khusus dia belajar bagaimana Antartika Barat bisa memanas dan lapisan esnya menipis yang berkontribusi pada kenaikan permukaan air laut.

“Saya juga belajar bahwa Antartika mengalami beberapa cuaca yang paling ekstrem dan variabilitas di planet ini, dan karena lokasinya yang terpencil, kita sebenarnya tahu sedikit tentang benua itu. Jadi ada kejutan dan hal-hal baru untuk dipelajari tentang Antartika setiap tahun,” katanya. 

Iklim Antartika menunjukkan beberapa rentang suhu terbesar selama tahun ini. Beberapa tren suhu terbesar juga terjadi di planet ini dengan kontras regional yang kuat. Sebagian besar Antartika Barat dan Semenanjung Antartika mengalami pemanasan dan penipisan lapisan es pada akhir abad ke-20. Wilayah pedalaman yang terpencil dan tinggi di Kutub Selatan juga hanya mendingin hingga 1980-an, kemudian menghangat secara substansial.

Pemanasan yang terjadi cenderung dipengaruhi oleh perubahan iklim alami dan atropogenik. Namun, kemungkinan ada kontribusi individu dari masing-masing faktor meski belum dapat dipahami dengan baik.

Clem dan timnya menganalisis data stasiun cuaca di Kutub Selatan dan model iklim untuk memeriksa pemanasan di pedalaman Antartika. Mereka menemukan antara 1989 dan 2018, Kutub Selatan telah memanas sekitar 1,8°C selama 30 tahun terakhir dengan laju peningkatan +0,6°C setiap dekade. 

Hasil penelitian juga menemukan peningkatan suhu panas tinggi terjadi di bagian dalam Antartika selama 30 tahun terakhir. Hal ini didorong oleh daerah tropis, khususnya suhu lautan, hangat di Samudra Pasifik tropis barat yang mengubah angin di Atlantik Selatan dekat Antartika dan meningkatkan pengiriman panas.

Clem dan Fogt berpendapat tren pemanasan ini tidak mungkin merupakan hasil dari perubahan iklim alami saja. Ada faktor lain yang menyebabkan naiknya suhu di Antartika. “Sejak awal saya dan Clem bekerja sangat baik dan mampu mencapai lebih banyak sebagai tim dari pada kami secara individu,” kata Fogt.

Editor: Dini Listiyani

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut