6 Ritual Mengerikan Dilakukan Perempuan, Ada yang Sampai Setrika Payudara
JAKARTA, iNews.id - Tradisi merupakan salah satu bagian dari budaya yang kerap dilakukan secara berulang-ulang. Di berbagai belahan dunia, ada banyak tradisi yang dilakukan masyarakat, bahkan ada yang terbilang ekstrem.
Tradisi tersebut dikatakan ekstrem karena sampai menyakiti diri sendiri, menyebabkan luka fisik dan rasa sakit yang mengerikan, terutama bagi para perempuan.
Mungkin, jika dipandang dari segi medis beberapa tradisi ini tak memiliki nilai manfaat sama sekali. Bahkan tradisi ini dijadikan ritual.
Meski demikian, mereka harus tetap melakukan tradisi ini lantaran dianggap sebagai budaya yang melekat bagi masyarakat yang bersangkutan. Penasaran?
Berikut ulasannya dilansir melalui Huffpost, Jumat (21/1/2022).
1. Chhaupadi
Tradisi Chhaupadi hingga kini masih berlanjut di beberapa bagian negara Nepal. Para wanita yang menstruasi akan diisolasi dan dipindahkan ke kandang ternak. Mereka harus tidur di antara sapi dan kerbau. Tradisi ini juga melarang wanita memasuki rumah mereka sendiri dan menyentuh apa pun atau siapapun selama periode menstruasi.
Para wanita akan dikurung di gudang kotor yang dipenuhi serangga dan kotoran hewan beraroma busuk di dalamnya. Pasalnya, wanita dianggap 'tidak suci' selama periode menstruasi. Siapapun yang menyentuh mereka wajib menjalani ritual untuk menyucikan diri. Bahkan, wanita yang sedang haid harus buang air besar di tempat terbuka lantaran dilarang menggunakan WC keluarga.
2. Setrika payudara
Ada satu tradisi yang dilakukan oleh para ibu di Afrika Barat, yaitu menyetrika payudara atau breast ironing. Mereka akan memukul payudara anak wanita berusia sepuluh tahun dengan alat besi panas atau bahkan batu untuk menghentikan pertumbuhan payudara hingga rata. Tradisi ini dilakukan untuk melindungi anak dari perhatian para pria, pelecehan seksual, serta pemerkosaan.
Para korban tentu akan menderita berbagai konsekuensi fisik dan psikologis disertai bekas luka yang tak akan hilang seumur hidup. Beberapa kemungkinan efek samping dari tradisi ini, seperti pembentukan kista, payudara cacat dan puting terbalik. Beberapa korban mungkin merasa tidak perlu menyusui anak-anak saat dewasa. Praktik ini telah dilaporkan menyebar ke komunitas Afrika di Inggris. Anggota parlemen konservatif Jake Berry telah menuntut agar 'bentuk ritual pelecehan anak' ini dilarang di Inggris.
3. Amputasi jari
Anggota suku Dani di Papua, Indonesia diketahui memotong bagian atas salah satu jari mereka untuk meratapi kematian dalam keluarga. Meskipun kematian memengaruhi semua orang secara setara, hanya wanita yang mengalami ritual menyiksa ini. Setengah jam sebelum dipotong, bagian atas jari mereka akan dibiarkan mati rasa dengan mengikatkan tali di sekelilingnya. Setelah amputasi, ujung jari akan dibakar menggunakan api. Mutilasi ini dilakukan berdasarkan keyakinan, kematian adalah kehilangan permanen yang harus ditangisi. Meski demikian, kini praktik amputasi jari telah dilarang dan para wanita muda telah menahan diri dari versi berduka yang ekstrem ini.
4. Pelapisan bibir
Wanita dari suku Mursi dan Surma di Ethiopia memakai cakram kayu atau tanah liat melingkar besar di bibir mereka sebagai tanda kecantikan dan status. Ini adalah bentuk modifikasi tubuh, di mana cakram yang semakin besar akan dimasukkan ke bibir bawah atau atas gadis-gadis muda. Disk pertama biasanya dimasukkan saat pubertas. Lubang dipotong ke bibir bersamaan dengan pencabutan dua hingga empat gigi bawah.
Cakram kecil akan dimasukkan ke dalam lubang yang mengarah ke peregangan bibir. Setelah beberapa saat, umumnya saat luka sembuh, cakram yang lebih besar akan menggantikan cakram awal. Saat bibir semakin renggang, maka semakin besar pula pelat yang dimasukkan ke dalam bibir. Pelat akhir yang dipasang bisa berdiameter 12 sentimeter atau bahkan lebih besar. Dikatakan, semakin besar piringan, maka semakin besar pula mahar yang diterima gadis itu pada pernikahannya.
5. Pembersihan seksual janda
Para janda di beberapa bagian Tanzania dan Kenya masih menjalani ritual 'pembersihan seksual' sebelum 'diwariskan' oleh mertua mereka. Para janda akan berhubungan seks dengan salah satu saudara iparnya untuk mengusir arwah pasangannya yang sudah meninggal. Wanita yang menentang tradisi ini akan diusir dari rumah perkawinan mereka dan tidak diberi bagian dalam harta atau ternak suami mereka. Bahkan, mereka juga dikucilkan oleh masyarakat sekitar.
Praktik ini membuat para wanita janda berisiko tertular penyakit menular seksual. Sangat sering kerabat laki-laki menolak berhubungan seks dengan janda karena epidemi HIV. Dalam kasus seperti itu, mereka akan menyewa 'pembersih profesional' untuk melaksanakan tradisi ini. Pasalnya, menggunakan kondom adalah hal tabu karena hanya sperma si pembersih yang memiliki kekuatan untuk 'membersihkan dan mensucikan' janda.
6. Devadasi
Tradisi Hindu yang mendedikasikan gadis-gadis muda untuk dewa di kuil-kuil ini masih terus dilakukan di beberapa bagian India selatan meskipun dilarang. Seorang devadasi (pelayan dewa atau dewi) dilarang menikahi manusia dan harus menyerahkan seluruh hidupnya untuk melayani dewa dan kuil. Para devadasis awalnya adalah penari candi selibat yang menikmati status tinggi dan penghormatan. Namun, praktik tersebut menjadi korup dari waktu ke waktu dan berubah menjadi sistem prostitusi ritual. Gadis-gadis itu umumnya berasal dari keluarga kasta rendah yang miskin. Saat mencapai pubertas, keperawanan mereka dilelang dan dipaksa menjadi pelacur sepenuhnya.
Editor: Vien Dimyati