Cerita dari Skouw, Pintu Perbatasan yang Tak Lagi Terbelakang
Penduduk Papua Nugini dalam kesehariannya menggunakan beragam bahasa, termasuk bahasa Inggris campuran dengan bahasa setempat. Meski ada yang setiap hari datang untuk berbelanja di Pasar Skouw, ada pula yang datang hanya pada periode tertentu. Seperti Ruth, wanita yang datang dari daerah yang cukup jauh di Papua Nugini.
"Tidak setiap hari saya ke sini. Tiga bulan atau empat bulan sekali. Tempat saya agak jauh dari sini. Saya ke sini untuk membeli bahan-bahan laundry dan baju. Karena harganya murah, lebih bagus, dan hampir semua barang bisa ditemukan di sini," ujarnya dengan bahasa khas.
Pelayanan ekspor dan impor antara Indonesia dengan Papua Nugini diharapkan berkembang dengan adanya PLBN Skouw. Peningkatan pajak pun dirasakan di daerah ini. Berdasarkan data Bea Cukai PLBN Skouw, penerimaan pajak sepanjang tahun 2017 berjumlah Rp3,5 miliar. Sementara penerimaan pajak dari Januari-April 2018 telah bernilai Rp3,8 miliar.

Peningkatan nilai pajak tersebut menjadi tolok ukur bagi perkembangan perekonomian daerah sejak adanya PLBN Skouw. Selain meningkatkan perekonomian, PLBN Skouw yang tampil dengan wajah baru ini diharapkan dapat menjadi objek wisata baru di daerah Jayapura. Karenanya, program jelajah lintah batas yang merupakan kerja sama antara BNPP dan MNC Travel ini mendapat apresiasi.
"Kami dari PLBN Skouw menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada MNC Travel karena hadir meliput Skouw dan menunjukkan kepada seluruh masyarakat Indonesia bahwa inilah Skouw. Skouw yang dulu beda dengan sekarang. Bahwa Papua beda, dulu maju, sekarang lebih maju. Dan PLBN Skouw tidak terbelakang, tapi sudah maju," ucap Yan.
Editor: Tuty Ocktaviany