Fakta Keraton Kasepuhan Cirebon, Ada Kereta Kencana hingga Misteri Sumur Air Zamzam
1. Keraton Kasepuhan Cirebon
Posisi dari bangunan Keraton Kasepuhan menghadap ke arah utara, menjadi ciri khas bangunan keraton yang di dekatnya ada masjid. Keraton Kasepuhan juga berkaitan dengan runtuhnya kerajaan Cirebon pada masa pemerintahan Panembahan Ratu II atau Pangeran Rasmi yang diasingkan karena diduga bersekongkol dengan Banten untuk menjatuhkan kekuasaannya di Mataram.
Pengambilalihan sepihak ini memicu amarah Sultan Ageng Tirtayasa yang berkuasa di Banten masa itu. Dia juga membagi Kasepuhan Cirebon menjadi tiga, lantaran konflik internal, yaitu Keraton Kanoman, Keraton Kasepuhan, dan Panembahan Cirebon itu sendiri.
2. Keraton Kanomanan
Terletak tak jauh dari Kasepuhan Cirebon, yaitu di jalan Winaon Kampung Kanoman, Kota Cirebon. Berdiri di lahan seluas 6 hektare dan terdiri dari toga bagian. Di paling depan terdapat bangsal yang digunakan sebagai tempat pentas, sekaligus menyimpan gamelan dan peralatan pentas milik kesultanan.
Beralih ke bagian tengah Keraton Kanoman terdapat bangunan bernama Jinem, yang digunakan untuk penobatan Sultan. Di bagian terakhir atau di belakang, ada rumah Sultan dan bangunan Keputran yang menjadi tempat tinggal putra dan putri kerajaan.
3. Kereta Paksi Naga dan Kereta Jempana
Berada di dalam area Keraton Kanomanan, diketahui kereta Jempana dibuat jauh lebih lama dibandingkan kereta Paksi Naga, milik Eyang Prabu Siliwangi atau Raden Pamanah Rasa yang dibuat untuk mendampingi kereta Paksi Naga Liman.
Kereta Paksi Naga diperuntukkan bagi Sri Sultan Kasultanan Kanoman. Dari kejauhan bentuknya tampak seperti seekor kuda bersayap, tampilannya lebih mirip menggambarkan buroq, kendaraan Nabi Muhammad SAW saat peristiwa Isra Mi'raj, peristiwa besar dalam ajaran Islam.
Kepalanya berbentuk kepala naga dengan mata melotot, mulutnya terbuka menunjukkan gigi-gigi taring, telinganya runcing, memiliki sepasang tanduk, dan mengenakan mahkota. Memiliki sepasang gading dan hidung berupa belalai gajah mengarah ke atas sambil memegang tombak trisula. Keempat kakinya menyerupai kaki gajah.
Bersamaan dengan dibuatnya kereta Paksi Naga Liman untuk Sultan, dibuat pula kereta untuk permaisuri, Ratu Dalem Kesultanan Kanoman yaitu Kereta Kencana Jempana. Bentuknya berupa singgasana dengan ukiran bermotif wadasan (batu karang), melambangkan jiwa manusia yang harus selalu optimistis dan selalu bersyukur. Di bagian atas singgasana ada semacam payung terbuat dari logam yang dihias dengan motif mega mendung, melambangkan jiwa manusia yang bisa melindungi diri sendiri, keluarga, kerabat, dan masyarakat.